Selasa, 01 Mei 2012

Kamus Sufi Huruf I

Ibadah (ibadat) : 1. Perbuatan yang menyatakan bakti kepada Tuhan. 2. Seluruh aktivitas seseorang yang terdapat dzikir yang mempertalikan seseorang dengan Tuhannya
Iblis : 1. (Syath) Nama diri setan, makhluk bangsa jin; 2. (Syath) Makhluk yang sangat berani melakukan ablasa terhadap Tuhannya; yang watak akunya melecehkan keberadaan wakil-Nya di bumi ini abaa was takbara, menjadi pembantah yang nyata pada kehendak Tuhannya.
Ibnu ‘Arabi : Nama lengkap beliau adalah Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Arabiyy, Abu Bakr al-Hatimiyy at-Ta’iyy al-Anadalusiyy (1165 – 1240). Muhyiddin (penghidup agama) adalah gelar beliau, gelar lainnya adalah asy-Syaikh al-Akbar (guru yang agung). Dilahirkan di Mursia, Spanyol bagian Tenggara, kemudian hijrah ke Seville. Ibnu ‘Arabi biasanya dihubungkan dengan doktrin wahdatul wujud, karena dianggap pendirinya, walaupun dalam berbagai karangannya beliau tidak pernah menggunakan istilah tersebut. Karya mistiknya ba-nyak sekali baik dalam bentuk kitab maupun risa- lah. Diantaranya al-Futuhat al-Makkiyyah, Fusus al-Hikam, Mafatih al-Gaib, Bulgah al-Gawas.
IhdinashshiraathalMustaqim. : 1. Ihdina – mengan-dung makna bagi yang dibuka rasa sadarnya sebagai hamba yang apes, hina, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa. Sahdan bisanya hanya menambah salah dan dosa. Maka kesa-darannya lalu berkata : Seandainya tidak diberi hidayah yang nyata olehNya, tidak hanya apes, hina dina dan sama sekali sia-sia serta rugi dalam menjalani hidup ini, bahkan matinya pun akan sesat selama-lamanya. Tidak bisa pulang kembali ber-temu dengan DiriNya Illahi. Padahal itulah yang amat sangat ditakuti. Shiratal-mustaqim itu dhahir-nya syareat dengan batin yang mapan di hakekat. (Lih. Hakekat). 2. (Syath) Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan satu-satuNya milikMu itu. (bukan jalan–jalan yang menceraiberaikan kami dari jalan-Mu, sebagaimana yang Engkau firmankan dalam Surat Al-An’am ayat 153 itu).
Dan oleh karena jalan itu adalah milikMu. Maka memang seharusnya bahwa kewajiban yang perta-ma-tama adalah mengenali DiriMu sebagai Dzat Yang Wajib WujudNya. Oleh karena itu kami sama sekali tidak enggan dan sama sekali tidak malu bertanya kepada yang ahli tentang ini, lalu meng-ikuti jejak para malaikatMu yang Engkau dekatkan itu. Untuk berbuat sujud, yakni kal-mayyiti diha-dapan wakilMu dimuka bumi. Yang kami sadari memang harus dengan kesungguhan memerangi nafsu. Sebagaimana dalam petunjukMu dalam Surat AL-Hijr 98: “fasabbih bihamdirabbika wakun minassajidina.”
JalanMu yang sangat lembut dan samar-samar. Sebagaimana DiriMu Yang juga sangat lembut sekali untuk dapat selalu dihayati. Mudah sekali terjadi dengan tiba-tiba lupa mengingati apa lagi hingga menghayati. Sedangkan syaitan dan wadya balanya yang lembut dan yang kasar. Begitu beraneka dan bermacam-macam. Sebanyak jenis dan macam makhlukMu dijagad manusia, jin dan syaitan. Maka dengan tanpa pembimbingnya Al-Hadi sang Penunjuk jalan yang Engkau percaya mewakiliMu sebagai tugas penerusan utusanMu. Yang menjelaskan perihal hidahMu. Banyak terjadi yang terdapat di tengah jalan. Akibat gejolak nafsu dan syaitan yang terus menerus memburu, lalu mudah sekali ditumbuhi watak ngendelake benere dewe, ngendelake panemune dewe, ngendelake wicarane dewe. Lalu sama sekali lupa dengan akibat yang akan diperolehnya. Yaitu “faqod ta’arrodha liahwaaisysyaithaani lahu”. Maka benar-benar telah menawarkan dirinya supaya disesatkan syaithan.
Ihsan : 1. Kebajikan, kesempurnaan, keutamaan atau keindahan spi-ritual. 2. a. Berbuat kebaikan yang sudah semestinya dilakukan yang menyangkut har-ta, kata-kata, tindakan dan segenap keadaan, b. Beribadah dengan penuh kehadiran dan kesadaran, seperti seseorang yang benar-benar melihat Tuhan-nya, c. Merenungkan dan memikirkan Allah dalam segala sesuatu dan setiap saat.
Ikhlas : 1. Tulus hati; dengan hati yang bersih; 2. Membersihkan perbuatan dari segala ketidak-murnian (termasuk apa yang timbul dari keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan makhluk lain); 3. Membebaskan perbuatan (lahir dan batin) dari selain Tuhan yang berperan dalam perbuatan itu; 4. (Syath) Orang yang beribadah kepada Allah sedemikian rupa sehingga tidak memperhatikan kalau dirinya itu sedang beribadah, tidak memper-hatikan dunia dan penghuninya dan tidak meng-inginkan balasan di dunia dan akhirat.
Illa Huwa : 1. (Syath) Rahasia yang terkandung dalam kalimat itsbat; 2. (Syath) Ada dan Wujud DiriNya Dzat Satu-satuNya Yang Al Ghaib (Isinya Huw) yang keberadaanNya abadi dalam rasa hati.(lih. Huwa, kalimat itsbat Illallah)
Illallah : 1. Hanya Allah; 2. (Syath) Kalimat itsbat (yang ditetapkan dalam rasa hati) yaitu Ada dan Wujud-Nya Illahi yang meski Al-Ghaib nyata sekali mudah diingat-ingat dan dihayati. Hakekat Yang Ada dan Wujud itu hanya satu, Diri-Nya Illahi. Dia tidak nampak oleh mata hati karena terdinding oleh wujudnya jiwa raga dan rasa memiliki (akon-akon) dunia ini.
Ilmu Syaththariah : (Syath) 1. Asal kata Syathara yang artinya membelah menjadi dua, yang dibelah adalah kalimah tauhid Laailaha Illallah. Laailaha adalah kalimah nafi (yang harus diperjuangkan menafikan semua hal selain Tuhan termasuk wujudnya jiwa raga) dan Illallah adalah kalimah isbat (ditetapkan di dalam hati nurani, roh dan rasa adalah DiriNya Illahi = IsiNya Huw) ; 2. Ilmu rasa yaitu ilmu yang berada di dalam rasa; 3. Ilmu yang menjaga, me-melihara dan melestarikan dzikir yang mencapai martabat rasa (dzikir sirri)(lih. martabat rasa); 4. Ilmu yang menunjukan “pintunya mati”, supaya bisa mati dengan selamat; 5. Ilmu yang memper-temukan inti manusia (rasa, sirr) dengan tempat asalnya yakni DiriNya Dzat Yang Al Ghaib; 6. Ilmu yang menunjukan tentang keberadaan diri Tuhan Yang Al-Ghaib, Allah Asma’-Nya supaya mata hati( hati nurani) dapat menangkap dengan yakin dan jelas atas keberadaan Diri-Nya Tuhan itu, hingga dengan mudah dapat selalu diingat-ingat dalam segala tingkah laku dan perbuatan, di mana saja, kapan saja serta dalam keadaan apa saja.
Iman al-Ghazali : nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghazaliyy at-Tusiyy(450 – 505 H). Lahir dan meninggal di Thus kawasan Khurasan. Beliau dikenal sebagai seorang filsuf dan ulama sufi yang mendapat gelar kehormatan Huzzah al-Islam. Berkeliling berbagai negeri untuk menuntut ilmu antara lain Naisabur, Baghdad, Hijaz, Syam dan Mesir. Karangannya yang terkenal Ihya Ulum ad-Din.
Iman Ali Zainal Abidin : Imam Sajjad (Ali bin ibn Husain yang dijuluki Zainal Abidin dan Sajjad) Wasithah ke 5 (61 H – 66 H) merupakan putra dari Imam Husain yang masih hidup. Ketiga saudara beliau (Ali Akbar 25 tahun, Ja’far 5 tahun dan ‘Ali Ashghar masih bayi) terbunuh sebagai shuhada dalam peristiwa Karbella. Pada waktu peristiwa Karbella, Imam Zainal Abidin sakit keras dan dikirim ke Damsyik.
Imam Husain bin Ali : Wasithah ke 4, Ahlu Bait sekaligus cucu Nabi Muhammad SAW ke 2 dari Fatimah Az-Zahro’(putri Nabi). Beliau lahir pada bulan Sya’ban tahun 4 H ( 8 Januari 626 M). dan meninggal di Gurun Karbella setelah berperang dengan pasukan Yazid pada 10 Muharam 61 H (10 Oktober 680 M). Iman Husain bersama saudaranya (yang juga Wasithah 3) Iman Hasan, sempat mendapat didikan dari Nabi SAW.
Imam Mahdi (Al-Mahdi) : (Syath) 1. Imam mereka yang dikehendaki Allah memperoleh hidayah dari-Nya; 2. Imam mereka yang memurnikan Islam sebagai agama yang lurus menatap wajahNyaDzat Yang Wajib WujudNya, Al Ghaib dan Allah Asma-Nya dan hanya itu saja satu-satunya yang ditetapkan Ada dan WujudNya dalam hatinurani roh dan rasanya, sehingga benar-benar menghayati maksud menTauhidkan Dzat Sifat dan Af’alNya. 3. Imam mereka yang dengan taat dan sungguh-sungguh mengikuti sunnahNya Nabi Muhammad SAW dan sunnahnya para wakil-Nya yang lurus (hingga sampai dengan selamat bertemu Allah). 4. Hamba yang dibentuk olehNya senantiasa berada di dalam hidayahNya, supaya hidayah yang diperoleh dari Tuhannya itu diberikan pula kepada hamba yang dikehendaki olehNya memperoleh hidayahNya; sehingga menjadi hamba yang mau dan rela terus menerus melakukan jihadunnafsi hingga nafsunya (yang tidak lain wujud jiwa raganya) menjadi kalah lalu rela dijadikan kendaraannya hatinurani, roh dan rasa mendekat kepada Tuhannya sehingga sampai dengan selamat dan bahagia bertemu lagi dengan-Nya. 5. Orang yang mendapat hidayah dan memim-pin orang yang mendapat hidayah pula dari Allah dan berperan mengembalikan Hak Allah dab Hak Nabi Muhammad SAW ke tempat yang semestinya. (lih. Hak Allah dan Hak Nabi Muhammad SAW);
Imam Muhammad Ja’far Shodiq : Washitah ke 7 (114 – 148 H). Imam Muhammad Ja’far Shodiq adalah imam ke tujuh dari dua belas imam pengganti keturunan Rasul. Beliau lahir pada tahun 83 H/720 M dan wafat tahun 148 H/785 M). Nama julukannya adalah Abu Abdillah dan gelarnya yang terkenal adalah As-Shadiq, Al-Fadhil dan Ath-Thahir. Beliau adalah putra Imam Muhammad Al Baqir (Imam ke enam) dan ibundanya adalah putri al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Imam Ja’far Shadiq dibesarkan oleh kakeknya Imam Zainal Abindin di Madinah selama 12 tahun dan selanjutnya di bawah perlindungan Ayahandanya selama 19 tahun.
“Inti Manusia” : (Syath) Bertempat di dalam rasa yang begitu dalam (rasa bertempat di dalam roh dan roh bertempat di dalam qalbun nuraniyun), merupakan nyawa manusia itu sendiri. “Inti manusia” ini tempat asalnya dari Diri-Nya Dzat Al Ghaib Yang Wajib WujudNya. Antara “Inti Manusia” dengan DiriNya Dzat Yang Al Ghaib dan Allah AsmaNya sama sekali tidak ada jarak dan juga tidak ada batasnya. Bagaikan kertas dan putihnya. Bagaikan sifat dan mausuf. Dengan mengetahui jati dirinya merupakan benih fitrahnya sendiri, inti manusianya sendiri, yang tempat asalnya dari Tuhan Dzat Yang Maha Rahman, dengan sendirinya pasti tahu terhadap Diri Tuhannya sebagai tempat asal usulnya sendiri.
“Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq” : 1. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw; yang artinya (harafiah); “bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan”; 2. (Syath) Membaca keberadaanNya. Keberadaan Ada dan WujudNya Dzat Yang Maha Esa, Dzat Yang Al Ghaib, yang oleh Malaikat Jibril dibisikkan kedalam dadanya lewat terlinga kirinya. Kemudian secara turun menurun sebagaimana yang dilakukan al-Hadi hingga kini kepada yang dikehendaki.
Istighfar : 1. Memohon ampun; 2. Memohon ampunan Zat Yang Maha Suci untuk menutupi dosa dan kesa-lahannya dan menghapuskan konsekuensi-konseku-ensi dosa dan kesalahannya.
Ismu Dzat : (Syath) Dzikir keempat dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah). Yaitu melafalkan Allah (sebanyak 7 kali). Arah yang dipukul dagu tepat di tengah-tengah dada. Mengarah pada ruh yang keberadaannya di dalam hati nurani. Menya-darkan dan memahi bahwa ruh yang menandai ada-nya hidup dan kehidupan dengan ke luar masuknya nafas dalam dada, lalu karena itu wujud jiwa raga mempunyai daya dan kekuatan, ini semua adalah Min Ruuhihi (Daya dan KekuatanNya Allah Swt).
Itsbat : (Lih. Illallah)
Itsbat Faqod : (Syath) Dzikir ketiga dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah). Yaitu “Illallah” yang dilakukan sebanyak 7 kali. Dipukulkan ke dalam hati nurani dengan dagu. (Lih. Thawaf). Bermaksud mempetegas, bahwa hanya Diri-Nyalah (IsiNya Huw) Yang Wujud dan Yang Ada, sehingga hati yang menjadi markas besarnya nafsu law-wamah benar-benar diam, tidak mengganggu perja-lanan dan cita-cita hati nurani, ruh dan rasa dalam tujuan mendekat sehingga sampau ma’rifat kepada-Nya.
Itba’ : (Syath) Mengikuti, mencontoh dalam ucapan dan tingkah laku Rasul – Guru Yang Hak dan Sah sebagai wakil Rasul.
Iyyakana’ budu waiyyaakanasta’in.: 1.(Syath) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Ada-lah ungkapan hamba yang pandai bersyukur, ridha dan ikhlas kepadaNya. Juga ungkapan hamba yang secara nyata rasa hatinya mengenali Ada dan Wujud DiriNya. Ungkapan hamba yang deple-deple dan pasrah bongkokan kepadaNya. 2. (Syath) Hanya kepada Eng-kaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Sebab kami menyadari bahwa kulluman ‘alaiha faanin Wayabqo wajhu Rabbika dzul Jalali wal ikraam (Q. S. Ar- Rahman 26-27).
Kami menyadari dengan seyakin-yakinnya dalam rasa ini. Dengan ajaran dariMu lewat Utusan yang Engkau tugasi itu bahwa Huwal awwalu Huwal-akhiru, Huwa adzdzahiru Huwa al-bathinu. Hanyalah DiriMu Satu-satuNya Dzat Yang Wajib WujudNya yang meskipun Al Ghaib dekat sekali dalam rasa hati sebab selain DiriMu. Termasuk wujud diriku dan apa saja yang menempel disini, sebenarnya memang tidak wujud dan tidak ada (Engkau adakan Wujudnya adalah sebagai ujian untuk dapat lulus ditiadakan, agar tidak menjadi hijab yang mematikan hati untuk menemuiMu lagi).
Karena itu betapa al-fakirnya hambaMu ini. Kalau sekiranya tidak hanya untuk menyembah kepada-Mu, maka hidup kami akan sia-sia dan sesat selama-lamanya. Maka aku akan selalu nggandul kepadaMu. Sebab betapa keadaan hidup yang aku jalani. Semua tergenggam ditanganMu, maka hanya kepada-Mu aku mohon pertolongan dan kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar