Ibadah (ibadat) : 1. Perbuatan yang menyatakan bakti kepada Tuhan. 2.
Seluruh aktivitas seseorang yang terdapat dzikir yang mempertalikan
seseorang dengan Tuhannya
Iblis : 1. (Syath) Nama diri setan, makhluk bangsa jin; 2. (Syath)
Makhluk yang sangat berani melakukan ablasa terhadap Tuhannya; yang
watak akunya melecehkan keberadaan wakil-Nya di bumi ini abaa was
takbara, menjadi pembantah yang nyata pada kehendak Tuhannya.
Ibnu ‘Arabi : Nama lengkap beliau adalah Muhammad ibn ‘Ali ibn
Muhammad ibn ‘Arabiyy, Abu Bakr al-Hatimiyy at-Ta’iyy al-Anadalusiyy
(1165 – 1240). Muhyiddin (penghidup agama) adalah gelar beliau, gelar
lainnya adalah asy-Syaikh al-Akbar (guru yang agung). Dilahirkan di
Mursia, Spanyol bagian Tenggara, kemudian hijrah ke Seville. Ibnu ‘Arabi
biasanya dihubungkan dengan doktrin wahdatul wujud, karena dianggap
pendirinya, walaupun dalam berbagai karangannya beliau tidak pernah
menggunakan istilah tersebut. Karya mistiknya ba-nyak sekali baik dalam
bentuk kitab maupun risa- lah. Diantaranya al-Futuhat al-Makkiyyah,
Fusus al-Hikam, Mafatih al-Gaib, Bulgah al-Gawas.
IhdinashshiraathalMustaqim. : 1. Ihdina – mengan-dung makna bagi yang
dibuka rasa sadarnya sebagai hamba yang apes, hina, tidak bisa apa-apa,
tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa. Sahdan bisanya hanya menambah
salah dan dosa. Maka kesa-darannya lalu berkata : Seandainya tidak
diberi hidayah yang nyata olehNya, tidak hanya apes, hina dina dan sama
sekali sia-sia serta rugi dalam menjalani hidup ini, bahkan matinya pun
akan sesat selama-lamanya. Tidak bisa pulang kembali ber-temu dengan
DiriNya Illahi. Padahal itulah yang amat sangat ditakuti.
Shiratal-mustaqim itu dhahir-nya syareat dengan batin yang mapan di
hakekat. (Lih. Hakekat). 2. (Syath) Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Jalan satu-satuNya milikMu itu. (bukan jalan–jalan yang menceraiberaikan
kami dari jalan-Mu, sebagaimana yang Engkau firmankan dalam Surat
Al-An’am ayat 153 itu).
Dan oleh karena jalan itu adalah milikMu. Maka memang seharusnya
bahwa kewajiban yang perta-ma-tama adalah mengenali DiriMu sebagai Dzat
Yang Wajib WujudNya. Oleh karena itu kami sama sekali tidak enggan dan
sama sekali tidak malu bertanya kepada yang ahli tentang ini, lalu
meng-ikuti jejak para malaikatMu yang Engkau dekatkan itu. Untuk berbuat
sujud, yakni kal-mayyiti diha-dapan wakilMu dimuka bumi. Yang kami
sadari memang harus dengan kesungguhan memerangi nafsu. Sebagaimana
dalam petunjukMu dalam Surat AL-Hijr 98: “fasabbih bihamdirabbika
wakun minassajidina.”
JalanMu yang sangat lembut dan samar-samar. Sebagaimana DiriMu Yang
juga sangat lembut sekali untuk dapat selalu dihayati. Mudah sekali
terjadi dengan tiba-tiba lupa mengingati apa lagi hingga menghayati.
Sedangkan syaitan dan wadya balanya yang lembut dan yang kasar. Begitu
beraneka dan bermacam-macam. Sebanyak jenis dan macam makhlukMu dijagad
manusia, jin dan syaitan. Maka dengan tanpa pembimbingnya Al-Hadi sang
Penunjuk jalan yang Engkau percaya mewakiliMu sebagai tugas penerusan
utusanMu. Yang menjelaskan perihal hidahMu. Banyak terjadi yang
terdapat di tengah jalan. Akibat gejolak nafsu dan syaitan yang terus
menerus memburu, lalu mudah sekali ditumbuhi watak ngendelake benere
dewe, ngendelake panemune dewe, ngendelake wicarane dewe. Lalu sama
sekali lupa dengan akibat yang akan diperolehnya. Yaitu “faqod
ta’arrodha liahwaaisysyaithaani lahu”. Maka benar-benar telah menawarkan
dirinya supaya disesatkan syaithan.
Ihsan : 1. Kebajikan, kesempurnaan, keutamaan atau keindahan
spi-ritual. 2. a. Berbuat kebaikan yang sudah semestinya dilakukan yang
menyangkut har-ta, kata-kata, tindakan dan segenap keadaan, b.
Beribadah dengan penuh kehadiran dan kesadaran, seperti seseorang yang
benar-benar melihat Tuhan-nya, c. Merenungkan dan memikirkan Allah
dalam segala sesuatu dan setiap saat.
Ikhlas : 1. Tulus hati; dengan hati yang bersih; 2. Membersihkan
perbuatan dari segala ketidak-murnian (termasuk apa yang timbul dari
keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan makhluk lain); 3.
Membebaskan perbuatan (lahir dan batin) dari selain Tuhan yang berperan
dalam perbuatan itu; 4. (Syath) Orang yang beribadah kepada Allah
sedemikian rupa sehingga tidak memperhatikan kalau dirinya itu sedang
beribadah, tidak memper-hatikan dunia dan penghuninya dan tidak
meng-inginkan balasan di dunia dan akhirat.
Illa Huwa : 1. (Syath) Rahasia yang terkandung dalam kalimat itsbat;
2. (Syath) Ada dan Wujud DiriNya Dzat Satu-satuNya Yang Al Ghaib (Isinya
Huw) yang keberadaanNya abadi dalam rasa hati.(lih. Huwa, kalimat
itsbat Illallah)
Illallah : 1. Hanya Allah; 2. (Syath) Kalimat itsbat (yang
ditetapkan dalam rasa hati) yaitu Ada dan Wujud-Nya Illahi yang meski
Al-Ghaib nyata sekali mudah diingat-ingat dan dihayati. Hakekat Yang Ada
dan Wujud itu hanya satu, Diri-Nya Illahi. Dia tidak nampak oleh mata
hati karena terdinding oleh wujudnya jiwa raga dan rasa memiliki
(akon-akon) dunia ini.
Ilmu Syaththariah : (Syath) 1. Asal kata Syathara yang artinya
membelah menjadi dua, yang dibelah adalah kalimah tauhid Laailaha
Illallah. Laailaha adalah kalimah nafi (yang harus diperjuangkan
menafikan semua hal selain Tuhan termasuk wujudnya jiwa raga) dan
Illallah adalah kalimah isbat (ditetapkan di dalam hati nurani, roh dan
rasa adalah DiriNya Illahi = IsiNya Huw) ; 2. Ilmu rasa yaitu ilmu yang
berada di dalam rasa; 3. Ilmu yang menjaga, me-melihara dan
melestarikan dzikir yang mencapai martabat rasa (dzikir sirri)(lih.
martabat rasa); 4. Ilmu yang menunjukan “pintunya mati”, supaya bisa
mati dengan selamat; 5. Ilmu yang memper-temukan inti manusia (rasa,
sirr) dengan tempat asalnya yakni DiriNya Dzat Yang Al Ghaib; 6. Ilmu
yang menunjukan tentang keberadaan diri Tuhan Yang Al-Ghaib, Allah
Asma’-Nya supaya mata hati( hati nurani) dapat menangkap dengan yakin
dan jelas atas keberadaan Diri-Nya Tuhan itu, hingga dengan mudah dapat
selalu diingat-ingat dalam segala tingkah laku dan perbuatan, di mana
saja, kapan saja serta dalam keadaan apa saja.
Iman al-Ghazali : nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad ibn
Muhammad ibn Muhammad al-Ghazaliyy at-Tusiyy(450 – 505 H). Lahir dan
meninggal di Thus kawasan Khurasan. Beliau dikenal sebagai seorang
filsuf dan ulama sufi yang mendapat gelar kehormatan Huzzah al-Islam.
Berkeliling berbagai negeri untuk menuntut ilmu antara lain Naisabur,
Baghdad, Hijaz, Syam dan Mesir. Karangannya yang terkenal Ihya Ulum
ad-Din.
Iman Ali Zainal Abidin : Imam Sajjad (Ali bin ibn Husain yang
dijuluki Zainal Abidin dan Sajjad) Wasithah ke 5 (61 H – 66 H) merupakan
putra dari Imam Husain yang masih hidup. Ketiga saudara beliau (Ali
Akbar 25 tahun, Ja’far 5 tahun dan ‘Ali Ashghar masih bayi) terbunuh
sebagai shuhada dalam peristiwa Karbella. Pada waktu peristiwa Karbella,
Imam Zainal Abidin sakit keras dan dikirim ke Damsyik.
Imam Husain bin Ali : Wasithah ke 4, Ahlu Bait sekaligus cucu Nabi
Muhammad SAW ke 2 dari Fatimah Az-Zahro’(putri Nabi). Beliau lahir pada
bulan Sya’ban tahun 4 H ( 8 Januari 626 M). dan meninggal di Gurun
Karbella setelah berperang dengan pasukan Yazid pada 10 Muharam 61 H (10
Oktober 680 M). Iman Husain bersama saudaranya (yang juga Wasithah 3)
Iman Hasan, sempat mendapat didikan dari Nabi SAW.
Imam Mahdi (Al-Mahdi) : (Syath) 1. Imam mereka yang dikehendaki Allah
memperoleh hidayah dari-Nya; 2. Imam mereka yang memurnikan Islam
sebagai agama yang lurus menatap wajahNyaDzat Yang Wajib WujudNya, Al
Ghaib dan Allah Asma-Nya dan hanya itu saja satu-satunya yang ditetapkan
Ada dan WujudNya dalam hatinurani roh dan rasanya, sehingga benar-benar
menghayati maksud menTauhidkan Dzat Sifat dan Af’alNya. 3. Imam
mereka yang dengan taat dan sungguh-sungguh mengikuti sunnahNya Nabi
Muhammad SAW dan sunnahnya para wakil-Nya yang lurus (hingga sampai
dengan selamat bertemu Allah). 4. Hamba yang dibentuk olehNya senantiasa
berada di dalam hidayahNya, supaya hidayah yang diperoleh dari Tuhannya
itu diberikan pula kepada hamba yang dikehendaki olehNya memperoleh
hidayahNya; sehingga menjadi hamba yang mau dan rela terus menerus
melakukan jihadunnafsi hingga nafsunya (yang tidak lain wujud jiwa
raganya) menjadi kalah lalu rela dijadikan kendaraannya hatinurani, roh
dan rasa mendekat kepada Tuhannya sehingga sampai dengan selamat dan
bahagia bertemu lagi dengan-Nya. 5. Orang yang mendapat hidayah dan
memim-pin orang yang mendapat hidayah pula dari Allah dan berperan
mengembalikan Hak Allah dab Hak Nabi Muhammad SAW ke tempat yang
semestinya. (lih. Hak Allah dan Hak Nabi Muhammad SAW);
Imam Muhammad Ja’far Shodiq : Washitah ke 7 (114 – 148 H). Imam
Muhammad Ja’far Shodiq adalah imam ke tujuh dari dua belas imam
pengganti keturunan Rasul. Beliau lahir pada tahun 83 H/720 M dan wafat
tahun 148 H/785 M). Nama julukannya adalah Abu Abdillah dan gelarnya
yang terkenal adalah As-Shadiq, Al-Fadhil dan Ath-Thahir. Beliau adalah
putra Imam Muhammad Al Baqir (Imam ke enam) dan ibundanya adalah putri
al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Imam Ja’far Shadiq dibesarkan oleh
kakeknya Imam Zainal Abindin di Madinah selama 12 tahun dan selanjutnya
di bawah perlindungan Ayahandanya selama 19 tahun.
“Inti Manusia” : (Syath) Bertempat di dalam rasa yang begitu dalam
(rasa bertempat di dalam roh dan roh bertempat di dalam qalbun
nuraniyun), merupakan nyawa manusia itu sendiri. “Inti manusia” ini
tempat asalnya dari Diri-Nya Dzat Al Ghaib Yang Wajib WujudNya. Antara
“Inti Manusia” dengan DiriNya Dzat Yang Al Ghaib dan Allah AsmaNya sama
sekali tidak ada jarak dan juga tidak ada batasnya. Bagaikan kertas dan
putihnya. Bagaikan sifat dan mausuf. Dengan mengetahui jati dirinya
merupakan benih fitrahnya sendiri, inti manusianya sendiri, yang tempat
asalnya dari Tuhan Dzat Yang Maha Rahman, dengan sendirinya pasti tahu
terhadap Diri Tuhannya sebagai tempat asal usulnya sendiri.
“Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq” : 1. Ayat pertama yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw; yang artinya (harafiah); “bacalah dengan nama
Tuhanmu Yang Menciptakan”; 2. (Syath) Membaca keberadaanNya. Keberadaan
Ada dan WujudNya Dzat Yang Maha Esa, Dzat Yang Al Ghaib, yang oleh
Malaikat Jibril dibisikkan kedalam dadanya lewat terlinga kirinya.
Kemudian secara turun menurun sebagaimana yang dilakukan al-Hadi hingga
kini kepada yang dikehendaki.
Istighfar : 1. Memohon ampun; 2. Memohon ampunan Zat Yang Maha Suci
untuk menutupi dosa dan kesa-lahannya dan menghapuskan
konsekuensi-konseku-ensi dosa dan kesalahannya.
Ismu Dzat : (Syath) Dzikir keempat dari tujuh macam dzikir (Dzikir
dalam Syththariah). Yaitu melafalkan Allah (sebanyak 7 kali). Arah yang
dipukul dagu tepat di tengah-tengah dada. Mengarah pada ruh yang
keberadaannya di dalam hati nurani. Menya-darkan dan memahi bahwa ruh
yang menandai ada-nya hidup dan kehidupan dengan ke luar masuknya nafas
dalam dada, lalu karena itu wujud jiwa raga mempunyai daya dan kekuatan,
ini semua adalah Min Ruuhihi (Daya dan KekuatanNya Allah Swt).
Itsbat : (Lih. Illallah)
Itsbat Faqod : (Syath) Dzikir ketiga dari tujuh macam dzikir (Dzikir
dalam Syththariah). Yaitu “Illallah” yang dilakukan sebanyak 7 kali.
Dipukulkan ke dalam hati nurani dengan dagu. (Lih. Thawaf). Bermaksud
mempetegas, bahwa hanya Diri-Nyalah (IsiNya Huw) Yang Wujud dan Yang
Ada, sehingga hati yang menjadi markas besarnya nafsu law-wamah
benar-benar diam, tidak mengganggu perja-lanan dan cita-cita hati
nurani, ruh dan rasa dalam tujuan mendekat sehingga sampau ma’rifat
kepada-Nya.
Itba’ : (Syath) Mengikuti, mencontoh dalam ucapan dan tingkah laku Rasul – Guru Yang Hak dan Sah sebagai wakil Rasul.
Iyyakana’ budu waiyyaakanasta’in.: 1.(Syath) Hanya kepada Engkaulah
kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Ada-lah ungkapan hamba yang pandai bersyukur, ridha dan ikhlas
kepadaNya. Juga ungkapan hamba yang secara nyata rasa hatinya mengenali
Ada dan Wujud DiriNya. Ungkapan hamba yang deple-deple dan pasrah
bongkokan kepadaNya. 2. (Syath) Hanya kepada Eng-kaulah kami menyembah
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Sebab kami menyadari
bahwa kulluman ‘alaiha faanin Wayabqo wajhu Rabbika dzul Jalali wal
ikraam (Q. S. Ar- Rahman 26-27).
Kami menyadari dengan seyakin-yakinnya dalam rasa ini. Dengan ajaran
dariMu lewat Utusan yang Engkau tugasi itu bahwa Huwal awwalu
Huwal-akhiru, Huwa adzdzahiru Huwa al-bathinu. Hanyalah DiriMu
Satu-satuNya Dzat Yang Wajib WujudNya yang meskipun Al Ghaib dekat
sekali dalam rasa hati sebab selain DiriMu. Termasuk wujud diriku dan
apa saja yang menempel disini, sebenarnya memang tidak wujud dan tidak
ada (Engkau adakan Wujudnya adalah sebagai ujian untuk dapat lulus
ditiadakan, agar tidak menjadi hijab yang mematikan hati untuk menemuiMu
lagi).
Karena itu betapa al-fakirnya hambaMu ini. Kalau sekiranya tidak
hanya untuk menyembah kepada-Mu, maka hidup kami akan sia-sia dan sesat
selama-lamanya. Maka aku akan selalu nggandul kepadaMu. Sebab betapa
keadaan hidup yang aku jalani. Semua tergenggam ditanganMu, maka hanya
kepada-Mu aku mohon pertolongan dan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar