Sabtu, 05 Mei 2012

Mangkunegaran IV ( Sembah dan Budi Luhur )

Untuk membaca artikel ini, klik di sini.

Taman Sufi

Untuk mengetahui Taman Sufi klik di sini.

Kamus Sufi Huruf Z

 Untuk mengetahui Kamus Sufi Huruf Z klik di sini.

Kamus Sufi Huruf W

Untuk mengetahui Kamus Sufi Huruf W klik di sini.

Kamus Sufi Huruf U

Untuk mengetahui Kamus Sufi Huruf U klik di sini.

Kamus Sufi Huruf T

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263393220417974/

Kamus Sufi Huruf S

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263392573751372/

Kamus Sufi Huruf R

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263392077084755/

Kamus Sufi Huruf Q

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263391033751526/

Kamus Sufi Huruf P

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263390770418219/

Kamus Sufi Huruf O

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263390600418236/

Kamus Sufi Huruf N

kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263390337084929/

Kamus Sufi Huruf M

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263390060418290/

Kamus Sufi Huruf L

Kunjungi link di bawah ini :

https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/263389543751675/

Kamus Sufi Huruf K

 Kunjungi link di bawah ini :

 https://www.facebook.com/#!/groups/104844072939557/doc/262607680496528/

Selasa, 01 Mei 2012

Kamus Sufi Huruf J

Al Jabbâr : 1. Yang Maha Memaksa, Yang menerapkan kehendak-Nya dengan cara pemaksaan pada segala sesuatu, dan kehendak wujud-wujud lain tidak dapat mengatasi-Nya. Segala sesuatu tidak ada yang lepas dari genggaman-Nya. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Jabarut : 1. Alam Kemahaperkasaan, Alam Kerajaan, Alam Kemahakuasaan atau Hakikat Illahi; 3. (Syath) Alam hamba yang ditarik oleh fadhal dan rahmat Allah (karena memperoleh beberan, sawab, berkah dan pangestunya Wasithah; buah dari tu-memennya pada Dawuh Guru); ditarik membuk-tikan Dawuh Guru. Yakni rasanya yang dirasakan hanya Ada dan WujudNya Tuhan (fana dzat; membuktikan mati selamat); menjadi ahli surga “fii maq’adhi shidqin ‘inda malikin Muqtadirin”.
Jagad Kecil : 1. Dada manusia; 2. Representasi dari jagad besar (lih. alam kabir).
Jagad Besar : (lih. alam kabir)
Al Jalil : 1. Yang Penuh Keagungan; Dia yang memenuhi syarat kemuliaan, kebesaran dan ketinggian. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Jaman Al Mahdi: 1. (Syath) Jaman di mana hamba Allah dipermudah untuk menerima, menangkap dan mencerna, menghayati dan mengamalkan hidayah Allah SWT, sehingga menjadi hamba yang imannya ma’rifatun wa tashdiqun (lih. Iman Mahdi). 2. (Syath) Suatu jaman dimana Allah menetapkan hamba-hambaNya dalam keadaan rela memenuhi petunjuk dan perintah Al Mahdi yang tidak lain pelanjut tugas rasulNya. Sebab keberadaanya menu-rut firmanNya juga sebagai saksi. 3. (Syath) jaman dimana ummat sama sekali tidak berani berselisih dengan ayat-ayatNya Allah. Yang semua ayat-ayatNya Allah ini pada dasarnya mengarah pada satu titik kebenaran tentang Al HaqNya yang Mutlak dan Wajib WujudNya.. Keberadaan DiriNya Al Ghaib ini tidak mungkin dapat diketahui apabila tidak lewat rasulNya (QS Takwir 24, Al Imran 179 dsb).
Al Jami’ : 1. Yang Maha Mengumpulkan; Dia yang memadukan hal-hal yang sama, hal-hal yang berbe-da dan hal-hal yang bertentangan; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Jasad : 1. Tubuh manusia; 2. (Syath) Unsur kejadian manusia yang pertama dan keberadaan di dunia dibatasi umur; 3. (Syath) Wujud nafsu manusia yang dijadikan Allah, sengaja hendak diuji; oleh diberi hati (hati sanubari : lih. hati sanubari) yang harus terus menerus diperangi (jihaadul akbar) hingga mau patuh dan tunduk dijadikan kendara-annya hati nurani, ruh dan rasa untuk mendekat hingga sampai dengan selamat kepada-Nya
Jihadunnafsi : 1. (Syath) Memerangi hawa nafsunya sendiri hingga patuh dan tunduk dijadikan kendaraan oleh cita-cita hati nurani, roh dan rasa mendekat hingga sampai kepada Tuhan; 2. (Syath) Jihadulakbar.

Kamus Sufi Huruf I

Ibadah (ibadat) : 1. Perbuatan yang menyatakan bakti kepada Tuhan. 2. Seluruh aktivitas seseorang yang terdapat dzikir yang mempertalikan seseorang dengan Tuhannya
Iblis : 1. (Syath) Nama diri setan, makhluk bangsa jin; 2. (Syath) Makhluk yang sangat berani melakukan ablasa terhadap Tuhannya; yang watak akunya melecehkan keberadaan wakil-Nya di bumi ini abaa was takbara, menjadi pembantah yang nyata pada kehendak Tuhannya.
Ibnu ‘Arabi : Nama lengkap beliau adalah Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Arabiyy, Abu Bakr al-Hatimiyy at-Ta’iyy al-Anadalusiyy (1165 – 1240). Muhyiddin (penghidup agama) adalah gelar beliau, gelar lainnya adalah asy-Syaikh al-Akbar (guru yang agung). Dilahirkan di Mursia, Spanyol bagian Tenggara, kemudian hijrah ke Seville. Ibnu ‘Arabi biasanya dihubungkan dengan doktrin wahdatul wujud, karena dianggap pendirinya, walaupun dalam berbagai karangannya beliau tidak pernah menggunakan istilah tersebut. Karya mistiknya ba-nyak sekali baik dalam bentuk kitab maupun risa- lah. Diantaranya al-Futuhat al-Makkiyyah, Fusus al-Hikam, Mafatih al-Gaib, Bulgah al-Gawas.
IhdinashshiraathalMustaqim. : 1. Ihdina – mengan-dung makna bagi yang dibuka rasa sadarnya sebagai hamba yang apes, hina, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa. Sahdan bisanya hanya menambah salah dan dosa. Maka kesa-darannya lalu berkata : Seandainya tidak diberi hidayah yang nyata olehNya, tidak hanya apes, hina dina dan sama sekali sia-sia serta rugi dalam menjalani hidup ini, bahkan matinya pun akan sesat selama-lamanya. Tidak bisa pulang kembali ber-temu dengan DiriNya Illahi. Padahal itulah yang amat sangat ditakuti. Shiratal-mustaqim itu dhahir-nya syareat dengan batin yang mapan di hakekat. (Lih. Hakekat). 2. (Syath) Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan satu-satuNya milikMu itu. (bukan jalan–jalan yang menceraiberaikan kami dari jalan-Mu, sebagaimana yang Engkau firmankan dalam Surat Al-An’am ayat 153 itu).
Dan oleh karena jalan itu adalah milikMu. Maka memang seharusnya bahwa kewajiban yang perta-ma-tama adalah mengenali DiriMu sebagai Dzat Yang Wajib WujudNya. Oleh karena itu kami sama sekali tidak enggan dan sama sekali tidak malu bertanya kepada yang ahli tentang ini, lalu meng-ikuti jejak para malaikatMu yang Engkau dekatkan itu. Untuk berbuat sujud, yakni kal-mayyiti diha-dapan wakilMu dimuka bumi. Yang kami sadari memang harus dengan kesungguhan memerangi nafsu. Sebagaimana dalam petunjukMu dalam Surat AL-Hijr 98: “fasabbih bihamdirabbika wakun minassajidina.”
JalanMu yang sangat lembut dan samar-samar. Sebagaimana DiriMu Yang juga sangat lembut sekali untuk dapat selalu dihayati. Mudah sekali terjadi dengan tiba-tiba lupa mengingati apa lagi hingga menghayati. Sedangkan syaitan dan wadya balanya yang lembut dan yang kasar. Begitu beraneka dan bermacam-macam. Sebanyak jenis dan macam makhlukMu dijagad manusia, jin dan syaitan. Maka dengan tanpa pembimbingnya Al-Hadi sang Penunjuk jalan yang Engkau percaya mewakiliMu sebagai tugas penerusan utusanMu. Yang menjelaskan perihal hidahMu. Banyak terjadi yang terdapat di tengah jalan. Akibat gejolak nafsu dan syaitan yang terus menerus memburu, lalu mudah sekali ditumbuhi watak ngendelake benere dewe, ngendelake panemune dewe, ngendelake wicarane dewe. Lalu sama sekali lupa dengan akibat yang akan diperolehnya. Yaitu “faqod ta’arrodha liahwaaisysyaithaani lahu”. Maka benar-benar telah menawarkan dirinya supaya disesatkan syaithan.
Ihsan : 1. Kebajikan, kesempurnaan, keutamaan atau keindahan spi-ritual. 2. a. Berbuat kebaikan yang sudah semestinya dilakukan yang menyangkut har-ta, kata-kata, tindakan dan segenap keadaan, b. Beribadah dengan penuh kehadiran dan kesadaran, seperti seseorang yang benar-benar melihat Tuhan-nya, c. Merenungkan dan memikirkan Allah dalam segala sesuatu dan setiap saat.
Ikhlas : 1. Tulus hati; dengan hati yang bersih; 2. Membersihkan perbuatan dari segala ketidak-murnian (termasuk apa yang timbul dari keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan makhluk lain); 3. Membebaskan perbuatan (lahir dan batin) dari selain Tuhan yang berperan dalam perbuatan itu; 4. (Syath) Orang yang beribadah kepada Allah sedemikian rupa sehingga tidak memperhatikan kalau dirinya itu sedang beribadah, tidak memper-hatikan dunia dan penghuninya dan tidak meng-inginkan balasan di dunia dan akhirat.
Illa Huwa : 1. (Syath) Rahasia yang terkandung dalam kalimat itsbat; 2. (Syath) Ada dan Wujud DiriNya Dzat Satu-satuNya Yang Al Ghaib (Isinya Huw) yang keberadaanNya abadi dalam rasa hati.(lih. Huwa, kalimat itsbat Illallah)
Illallah : 1. Hanya Allah; 2. (Syath) Kalimat itsbat (yang ditetapkan dalam rasa hati) yaitu Ada dan Wujud-Nya Illahi yang meski Al-Ghaib nyata sekali mudah diingat-ingat dan dihayati. Hakekat Yang Ada dan Wujud itu hanya satu, Diri-Nya Illahi. Dia tidak nampak oleh mata hati karena terdinding oleh wujudnya jiwa raga dan rasa memiliki (akon-akon) dunia ini.
Ilmu Syaththariah : (Syath) 1. Asal kata Syathara yang artinya membelah menjadi dua, yang dibelah adalah kalimah tauhid Laailaha Illallah. Laailaha adalah kalimah nafi (yang harus diperjuangkan menafikan semua hal selain Tuhan termasuk wujudnya jiwa raga) dan Illallah adalah kalimah isbat (ditetapkan di dalam hati nurani, roh dan rasa adalah DiriNya Illahi = IsiNya Huw) ; 2. Ilmu rasa yaitu ilmu yang berada di dalam rasa; 3. Ilmu yang menjaga, me-melihara dan melestarikan dzikir yang mencapai martabat rasa (dzikir sirri)(lih. martabat rasa); 4. Ilmu yang menunjukan “pintunya mati”, supaya bisa mati dengan selamat; 5. Ilmu yang memper-temukan inti manusia (rasa, sirr) dengan tempat asalnya yakni DiriNya Dzat Yang Al Ghaib; 6. Ilmu yang menunjukan tentang keberadaan diri Tuhan Yang Al-Ghaib, Allah Asma’-Nya supaya mata hati( hati nurani) dapat menangkap dengan yakin dan jelas atas keberadaan Diri-Nya Tuhan itu, hingga dengan mudah dapat selalu diingat-ingat dalam segala tingkah laku dan perbuatan, di mana saja, kapan saja serta dalam keadaan apa saja.
Iman al-Ghazali : nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghazaliyy at-Tusiyy(450 – 505 H). Lahir dan meninggal di Thus kawasan Khurasan. Beliau dikenal sebagai seorang filsuf dan ulama sufi yang mendapat gelar kehormatan Huzzah al-Islam. Berkeliling berbagai negeri untuk menuntut ilmu antara lain Naisabur, Baghdad, Hijaz, Syam dan Mesir. Karangannya yang terkenal Ihya Ulum ad-Din.
Iman Ali Zainal Abidin : Imam Sajjad (Ali bin ibn Husain yang dijuluki Zainal Abidin dan Sajjad) Wasithah ke 5 (61 H – 66 H) merupakan putra dari Imam Husain yang masih hidup. Ketiga saudara beliau (Ali Akbar 25 tahun, Ja’far 5 tahun dan ‘Ali Ashghar masih bayi) terbunuh sebagai shuhada dalam peristiwa Karbella. Pada waktu peristiwa Karbella, Imam Zainal Abidin sakit keras dan dikirim ke Damsyik.
Imam Husain bin Ali : Wasithah ke 4, Ahlu Bait sekaligus cucu Nabi Muhammad SAW ke 2 dari Fatimah Az-Zahro’(putri Nabi). Beliau lahir pada bulan Sya’ban tahun 4 H ( 8 Januari 626 M). dan meninggal di Gurun Karbella setelah berperang dengan pasukan Yazid pada 10 Muharam 61 H (10 Oktober 680 M). Iman Husain bersama saudaranya (yang juga Wasithah 3) Iman Hasan, sempat mendapat didikan dari Nabi SAW.
Imam Mahdi (Al-Mahdi) : (Syath) 1. Imam mereka yang dikehendaki Allah memperoleh hidayah dari-Nya; 2. Imam mereka yang memurnikan Islam sebagai agama yang lurus menatap wajahNyaDzat Yang Wajib WujudNya, Al Ghaib dan Allah Asma-Nya dan hanya itu saja satu-satunya yang ditetapkan Ada dan WujudNya dalam hatinurani roh dan rasanya, sehingga benar-benar menghayati maksud menTauhidkan Dzat Sifat dan Af’alNya. 3. Imam mereka yang dengan taat dan sungguh-sungguh mengikuti sunnahNya Nabi Muhammad SAW dan sunnahnya para wakil-Nya yang lurus (hingga sampai dengan selamat bertemu Allah). 4. Hamba yang dibentuk olehNya senantiasa berada di dalam hidayahNya, supaya hidayah yang diperoleh dari Tuhannya itu diberikan pula kepada hamba yang dikehendaki olehNya memperoleh hidayahNya; sehingga menjadi hamba yang mau dan rela terus menerus melakukan jihadunnafsi hingga nafsunya (yang tidak lain wujud jiwa raganya) menjadi kalah lalu rela dijadikan kendaraannya hatinurani, roh dan rasa mendekat kepada Tuhannya sehingga sampai dengan selamat dan bahagia bertemu lagi dengan-Nya. 5. Orang yang mendapat hidayah dan memim-pin orang yang mendapat hidayah pula dari Allah dan berperan mengembalikan Hak Allah dab Hak Nabi Muhammad SAW ke tempat yang semestinya. (lih. Hak Allah dan Hak Nabi Muhammad SAW);
Imam Muhammad Ja’far Shodiq : Washitah ke 7 (114 – 148 H). Imam Muhammad Ja’far Shodiq adalah imam ke tujuh dari dua belas imam pengganti keturunan Rasul. Beliau lahir pada tahun 83 H/720 M dan wafat tahun 148 H/785 M). Nama julukannya adalah Abu Abdillah dan gelarnya yang terkenal adalah As-Shadiq, Al-Fadhil dan Ath-Thahir. Beliau adalah putra Imam Muhammad Al Baqir (Imam ke enam) dan ibundanya adalah putri al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Imam Ja’far Shadiq dibesarkan oleh kakeknya Imam Zainal Abindin di Madinah selama 12 tahun dan selanjutnya di bawah perlindungan Ayahandanya selama 19 tahun.
“Inti Manusia” : (Syath) Bertempat di dalam rasa yang begitu dalam (rasa bertempat di dalam roh dan roh bertempat di dalam qalbun nuraniyun), merupakan nyawa manusia itu sendiri. “Inti manusia” ini tempat asalnya dari Diri-Nya Dzat Al Ghaib Yang Wajib WujudNya. Antara “Inti Manusia” dengan DiriNya Dzat Yang Al Ghaib dan Allah AsmaNya sama sekali tidak ada jarak dan juga tidak ada batasnya. Bagaikan kertas dan putihnya. Bagaikan sifat dan mausuf. Dengan mengetahui jati dirinya merupakan benih fitrahnya sendiri, inti manusianya sendiri, yang tempat asalnya dari Tuhan Dzat Yang Maha Rahman, dengan sendirinya pasti tahu terhadap Diri Tuhannya sebagai tempat asal usulnya sendiri.
“Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq” : 1. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw; yang artinya (harafiah); “bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan”; 2. (Syath) Membaca keberadaanNya. Keberadaan Ada dan WujudNya Dzat Yang Maha Esa, Dzat Yang Al Ghaib, yang oleh Malaikat Jibril dibisikkan kedalam dadanya lewat terlinga kirinya. Kemudian secara turun menurun sebagaimana yang dilakukan al-Hadi hingga kini kepada yang dikehendaki.
Istighfar : 1. Memohon ampun; 2. Memohon ampunan Zat Yang Maha Suci untuk menutupi dosa dan kesa-lahannya dan menghapuskan konsekuensi-konseku-ensi dosa dan kesalahannya.
Ismu Dzat : (Syath) Dzikir keempat dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah). Yaitu melafalkan Allah (sebanyak 7 kali). Arah yang dipukul dagu tepat di tengah-tengah dada. Mengarah pada ruh yang keberadaannya di dalam hati nurani. Menya-darkan dan memahi bahwa ruh yang menandai ada-nya hidup dan kehidupan dengan ke luar masuknya nafas dalam dada, lalu karena itu wujud jiwa raga mempunyai daya dan kekuatan, ini semua adalah Min Ruuhihi (Daya dan KekuatanNya Allah Swt).
Itsbat : (Lih. Illallah)
Itsbat Faqod : (Syath) Dzikir ketiga dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah). Yaitu “Illallah” yang dilakukan sebanyak 7 kali. Dipukulkan ke dalam hati nurani dengan dagu. (Lih. Thawaf). Bermaksud mempetegas, bahwa hanya Diri-Nyalah (IsiNya Huw) Yang Wujud dan Yang Ada, sehingga hati yang menjadi markas besarnya nafsu law-wamah benar-benar diam, tidak mengganggu perja-lanan dan cita-cita hati nurani, ruh dan rasa dalam tujuan mendekat sehingga sampau ma’rifat kepada-Nya.
Itba’ : (Syath) Mengikuti, mencontoh dalam ucapan dan tingkah laku Rasul – Guru Yang Hak dan Sah sebagai wakil Rasul.
Iyyakana’ budu waiyyaakanasta’in.: 1.(Syath) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Ada-lah ungkapan hamba yang pandai bersyukur, ridha dan ikhlas kepadaNya. Juga ungkapan hamba yang secara nyata rasa hatinya mengenali Ada dan Wujud DiriNya. Ungkapan hamba yang deple-deple dan pasrah bongkokan kepadaNya. 2. (Syath) Hanya kepada Eng-kaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Sebab kami menyadari bahwa kulluman ‘alaiha faanin Wayabqo wajhu Rabbika dzul Jalali wal ikraam (Q. S. Ar- Rahman 26-27).
Kami menyadari dengan seyakin-yakinnya dalam rasa ini. Dengan ajaran dariMu lewat Utusan yang Engkau tugasi itu bahwa Huwal awwalu Huwal-akhiru, Huwa adzdzahiru Huwa al-bathinu. Hanyalah DiriMu Satu-satuNya Dzat Yang Wajib WujudNya yang meskipun Al Ghaib dekat sekali dalam rasa hati sebab selain DiriMu. Termasuk wujud diriku dan apa saja yang menempel disini, sebenarnya memang tidak wujud dan tidak ada (Engkau adakan Wujudnya adalah sebagai ujian untuk dapat lulus ditiadakan, agar tidak menjadi hijab yang mematikan hati untuk menemuiMu lagi).
Karena itu betapa al-fakirnya hambaMu ini. Kalau sekiranya tidak hanya untuk menyembah kepada-Mu, maka hidup kami akan sia-sia dan sesat selama-lamanya. Maka aku akan selalu nggandul kepadaMu. Sebab betapa keadaan hidup yang aku jalani. Semua tergenggam ditanganMu, maka hanya kepada-Mu aku mohon pertolongan dan kasih sayang.

Kamus Sufi Huruf H

Al- Hadi : 1. Pemimpin, 2. Penunjuk jalan, 3. (Syath) Yang Maha Memberi Petunjuk. Dia yang memandu hamba-hamba terpilihNya untuk mengetahui dzat-Nya sehingga mereka dapat merujuknya sebagai saksi atas segala sesuatu, karena Dia memandu bagian terbesar hamba-Nya ke hal-hal yang telah diciptakanNya, sehingga mereka dapat merujuk hal-hal ciptaan sebagai saksi atas Dzat-Nya; dan juga memandu setiap ciptaan ke apa yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya; 4. Sa-lah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Al Hafizh : 1. Yang Maha Pelestari, Yang Maha Melin-dungi, Yang Maha Menjaga; adalah penjaga sem-purna (hafizh). 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Hairah : 1. Kebingungan atau keheranan; 2. Menunjukan sebuah momen yang sangat membingungkan ketika pikiran berhenti bekerja dan tidak mampu menemu-kan jawaban atas kebuntuan spiritual, yang hanya dapat dicapai atas rahmat Allah; 3 Puncak kebi-ngungan dimiliki oleh kaum arif dan para pecinta Tuhan; 4. Menurut Syekh Abdurrauf Singkel (washitah ke 29), hairah dan al-‘ajz (merasa dan mengetahui dirinya lemah) dua hal ini merupakan puncak tercapainya makrifat kepada Allah
Hajj (haji) : 1. Perjalanan ke Mekah dalam rangka me-nunaikan ibadah haji (rukun Islam ke 5); 2. (Syath) Perjalanan puncak menuju pengetahuan tentang Allah yang bersemayam di hati nurani, ruh dan rasa; 3. (Syath) Panggilan Allah untuk membuktikan ‘arifun billah. Sebab al Hajju ‘arafatu. Prakteknya harus wukuf di padang arafah. Berhenti sejenak dari segala urusan dunia, untuk kembali konsentrasi sepenuhnya pada Allah Sang Pencipta. Wukuf berarti berhenti. Menghentikan semua hal yang menjadikan hijabnya mata hati hingga tidak akan dapat menyaksikan DiriNya Illahi. Semua rukun haji merupakan simbol-simbol untuk mencapai keadaan tersebut.
Al Hakam : 1. Yang Memutuskan Hukum; hakim yang mengadili dan menuntut balas, yang kekuasaannya tidak ada yang dapat menggulingkannya dan keten-tuannya tidak ada yang dapat mengubahnya. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Hak Allah : 1. (Syath) Kewajiban-kewajiban manusia yang diperin-tahkan-Nya; 2. (Syath) Meninggalkan larangan-larangan-Nya; 3. (Syath) Hak untuk dike-tahui wujud Dzat Al-Ghaib yang sangat dekat sekali dan ditempatkan pada tempatnya hingga dapat me-menuhi perintah-Nya sebagaimana QS. Al A’raf, 205.
Hak Rasullah SAW : 1. (Syath) Risalahnya tersebar /disampaikan hingga hari kiamat. 2. (Syath) Hak untuk membimbing umatnya hingga kiamat dan su-paya selalu tetap berada pada tempatnya, ditengah-tengah kaumnya; 3. (Syath) Berkenaan dengan ada-nya Imam (penerus Rasul) yang selalu ada secara gilir gumanti dalam sebuah rantai silsilah sejak Nabi Muhammad SAW hingga kini sampai kiamat nanti.
Hak Malaikatan : (Syath) Alam ajaib yang ditunjukan Allah kepada seseorang yang dikehendaki-Nya, yang dibukakan sehingga tahu bicaranya segala makhluk Tuhan termasuk segala macam tumbuh-tumbuhan, segala macam binatang. Pandai dan wasis berbicara dengan segala bahasa manusia dan bahasa hewan serta tumbuh-tumbuhan.
Hak Mardus Sarpin : (Syath) Alam ajaib yang ditun-jukan Allah kepada seseorang yang dikehendaki-Nya; akan mengetahui segala macam penyakit beserta obatnya.
Hak Perdewaan : (Syath) Alam ajaib yang ditunjukan Allah kepada seseorang yang dikehendaki-Nya; akan membuka pengetahuan tentang aji jaya kawi-jayan, sakti mandra guna, bisa terbang, menghilang, digdaya tidak mempan segala macam senjata, dapat pergi kemanapun dalam sekejap mata; gunung dirukul hancur, laut diciduk asat.
Hak Wisnu : (Syath) Alam ajaib yang ditunjukan Allah kepada seseorang yang dikehendaki-Nya, yang akan membuka hijab sehingga ia akan tahu dan mengerti apapun yang akan terjadi. Contoh mengetahui isi hati orang, kehendak tengu di atas langit lapis tujuh.
Hakekat : 1. akar kata haq dapat berarti milik atau kepu-nyaan; benar atau kebenaran; 2. Kebenaran Illahi. 3. (Syath) Terbukanya kesadaran hamba atas kesung-guhannya dalam menjalani lakon dan pitukon atas perintah Gurunya yang hak dan sah bahwa hake-katnya Yang Bisa Yang Kuat, Yang Memiliki Segala Maujud, Yang Berbuat (tandang), Yang Ber-gerak (obah osik), bahkan yang Ada dan Wujud hanyalah DiriNya Dzat Yang Al Ghaib Yang Allah AsmaNya. 4. (Syath) Hati nurani, roh dan rasa yang telah berfungsi untuk selalu mengingat-ingat dan menghayati DiriNya Dzat Al Ghaib dan Mutlak WujudNya.
Al Hakim : 1. Yang Maha Bijaksana; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Hal : 1. Keadaan mistis; 2. Keadaan spiritual yang me-nguasai hati. Hal masuk masuk kedalam hati sebagai anugerah dan karunia dari Rahmat Allah yang tidak terbatas pada hambaNya. Hal tidak dapat dicapai melalui usaha, keinginan atau undangan. Ia datang dengan tidak diduga-duga dan pergi tanpa diduga; 3. Kejadian tersembunyi yang, dari alam lebih tinggi, kadang-kadang turun ke hati murid, datang dan pergi sampai ketertarikan Illahi memba-wanya dari tahapan paling rendah menuju ketahap-an paling tinggi. (lih. tujuh macam pendakian).
Al Halim :1.Yang Maha Penyantun; Dia yang mengamati kedurhakaan orang-orang yang durhaka dan mem-perhatikan yang menentang perintah, namum Dia tidak terdorong untuk murka dan amarah tidak me-nguasai-Nya; ketergesaan dan kesembronoan tidak ada pada Diri-Nya yang mengakibatkan Dia segera memberikan balasan, meskipun Dia sepenuhnya mampu melakukan hal tersebut. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Al. Hamid : 1. Yang Maha Terpuji; Dia yang terpuji. Allah Swt. adalah Yang Terpuji, karena Dia memuji diri-Nya sejak azali dan karena hamba-hamba-Nya memuji-Nya untuk selamnya. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Al Haqq : 1. Yang Maha Benar; Dia merupakan lawan kepalsuan; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Hasad : 1. Dengki; 2. Suatu keadaan psikis ketika sese-orang menginginkan hilangnya suatu karunia, kemampuan atau kebaikan, secara nyata atau kha-yal, yang dimiliki oleh orang lain.
Al Hasib : 1. Yang Maha Membuat Perhitungan; Dia yang mencukupi karena Dia adalah yang dibutuh-kan apa yang dimiliki-Nya. Allah Swt. adalah yang mengukur setiap sesuatu dan Dia yang mencuku-pinya. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Hati ‘adam : 1. (Syath) Hati yang membuktikan kebenar-an kalimat tauhid; membuktikan apa saja, akon-akon dunia dan wujud jiwa raga, zat, sifat dan af’al-nya hamba, semua telah mati, semua telah tiada (‘adam)
Hati yang bening : (Lih. Tashfiatul qalbi)
Hati Nurani : 1. (Syath) Hati jantung, letaknya tepat ditengah-tengah dada, tandanya detak jantung. 2. (Syath) Wujud lembut yang dibangsakan gaib, tetapi bukan Al-Ghaib, bukan Diri-Nya Tuhan Zat Yang Al-Ghaib; yang dijadikan Allah dari cahaya. Supaya wataknya seperti para Malaikat-Nya, harus diisi dengan ilmu yang menjadikannya terbuka supaya dapat tembus langsung pada keberadaan Diri-Nya, Zat Yang Al-Ghaib yang sangat dekat sekali dengan rasa hati. Hati nurani ini kewajiban-nya adalah melaksanakan tarekat (lih. tarekat). Af’al-nya selalu mengajak kepada kebajikan, sifat-nya ya’rifullaha, zatnya muqabilatun ilallah. Hati ini ‘adam (lih: hati yang ‘adam)
Hati Sanubari : 1. (Syath) Hati yang wataknya menuruti keinginan-keinginan jasmani-lahiriah.
Al Hayy : 1. Yang Mahahidup; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Hidayah : 1. Petunjuk; 2. Berkaitan dengan petunjuk dan bimbingan dari Allah.
Hijab : 1. Tutup; tirai; kain selubung; cadar; 2. (Syath) Sesuatu yang menghalangi hati seorang hamba terhadap Tuhan-Nya Dzat Al Ghaib Yang Wajib Wujud-Nya.
Al-Hikmah : 1. Hikmah; 2. Berkaitan erat dengan keadilan, bermakna “berbuat tepat sesuai dengan waktunya”. Hikmah adalah keseimbangan sempur-na antara ilmu dan amal.
Huwa : 1. Dia; 2. Dia yang tersembunyi di dalam hati, naluri atau suara hati; 3. Ia adalah diri tinggi wujud ghaib. Huwa menunjukan esensi itu sendiri yang senantiasa berada dalam kegaiban dan tetap tidak terbandingkan pada dirinya sendiri; 4. (Syath) Dia yang AsmaNya Allah, Yang Wajib WujudNya Dzat Yang Al Ghaib.

Kamus Sufi Huruf G

Al Ghaffar : 1. Yang Maha Pengampun. Yang Maha Mengampuni dan Maha Menutupi. Dia yang mem-buat nyata apa yang indah dan menyembunyikan apa yang buruk. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Al-Ghaf’r : 1. Yang Maha Pengampun dan Maha Menyembunyikan. Berkaitan dengan makna “Dia yang penuh dengan pengampunan” (Al Ghaffar), namum nama ini memperlihatkan keluasaan yang tidak disampaikan oleh “Dia yang penuh dengan pengampunan”. Dia Maha Mengampuni dalam pe-ngertian bahwa Dia pemberi ampun yang sempurna, atau Dia adalah kesempurnaan pengampunan, sede-mikian sehingga mencapai tingkat tertinggi peng-ampunan. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).(lih. Al Ghaffar).
Al-Ghaib (Al Ghayb) : 1. Misteri, kegaiban atau Misteri Segala Misteri; 2. Ungkapan hadis “Tak ada sesuatu pun menyerupaiNya” mengacu kepada Al Ghayb. Inilah ketidakterbandingan-Nya yang berada diluar jangkuan visi hamba; 3. Segala sesuatu yang Allah sembunyikan dari hamba-Nya karena kondisi hamba-Nya dan bukan karena Allah. Untuk menca-pai al-ghayb sang hamba dan pecinta diperintahkan, “Tinggalkan dirimu sendiri dan datanglah!”; 4. (Syath) Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat satu-satu-Nya Yang Mutlak dan Wujud-Nya, dekat sekali dalam rasa hati, selalu menyertai dan senantiasa meliputi hamba-hamba-Nya. 5. (Syath) Isi-Nya Huw; 6. Isim yang mufrad dan ma’rifah. Menunjuk pada keberadaan Satu-SatuNya Dzat Yang Allah AsmaNya, mutlak wujudnya dan ma’rifah. Jelas amat sangat dekat sekali dan jelas-jelas amat sangat mudah dan indah untuk selalu diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati, apabila jihadunnafsinya menjadikan rela bertanya kepada ahlinya.
Ghairil maghdhubi ‘alaihim walaadhaalliin. : (Syath) Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Jalan yang dimurkai adalah jalan yang iblis sebagai pemimpinnya. Hingga watak dan pandangan-pan-dangannya dengan sendirinya juga mengikut kepa-danya. Yang selalu memandang indah, baik dan be-nar berdasarkan watak akunya.
Yang dimurkai adalah mereka yang memilih jalan bukan jalan kehendakNya. Karena enggan, acuh, sombong dan angkuh. Lalu watak aku yang diko-mandoi nafsu yang berbicara, maka watak abaa wastakbaranya menjadikannya tidak mengikut jejak para malaikaNya. Yang taatnya kepada diriNya bahkan rela diperintahkan sujud taqorrub. Yakni memperlakukan diri kal-mayyiti bagai mayit dihadapan wakil Ilahi yang ada di bumi hingga sekarang ini.
Jalan mereka yang sesat adalah mereka yang telah dikunci mati atas hatinya dan pendengarannya. Penglihatannya ditutup. Karena itu mereka ini sama sekali buta dan tuli terhadap keberadaan Al HaqNya sebagaimana firmanNya dalam QS 17 ayat 72 “ dan barangsiapa yang buta (mata hatinya) di dunia ini, niscaya di akherat ia akan lebih buta dan lebih tersesat jalan (nya)”. Yakni tidak kembali pulang kepada Tuhan.
Dan yang sesat karena taghut yang jadi pilihan kenikmatan dan kesenangan. Yakni mereka yang hati, rah dan rasanya dicelupkan kedalam nafsunya. Hingga nafsu yang hakekatnya adalah dunianya manusia menjadi raja yang menguasai jagad manusia yang ada dalam dadanya. Lalu mereka menjadi orang-orang yang lebih menyukai kehi-dupan dunia. Daripada kehidupan akhirat (yang hidup langgeng dengan Tuhannya), dan mengha- lang-halangi manusia dari jalan Allah serta meng-inginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itulah yang hidupnya ada dalam kesesatan yang jauh. (FirmanNya di Surat Ibrahim ayat 3).
AL Ghaniyy, Al Mughni : 1. Yang Maha Kaya; Yang Maha Mencukupi, 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Al-Ghazali : lih. Iman Al-Ghazali
Gerjalibin : 1. (Syath) Singkatan, Gerakan Jama’ah Lil-Muqorrobin, 2. (Syath) Organisasi didalam menja-lankan dhawuh Guru, wadah lakon dan pitukonnya murid yang menuntut Ilmu Syaththariyah; 3. (Syath) Gerakan hati nurani, roh dan rasa yang di-latih dan dididik supaya selalu bergerak mendzikiri Ada dan Wujud-Nya Satu-Satu-Nya Dzat Yang Mutlak Wujud-Nya (Isi-Nya Huw) untuk didekat-kan oleh Allah SWT kepadaNya
Ghibah : 1. Menggunjing; 2. Mengumpat; 3. Memfitnah; 4. Mengatakan hal-hal tentang seseorang yang tidak hadir yang akan menyedihkannya atau menjijikan bila dia mendengarnya; dan pada umumnya diang-gap merugikan (reputasi orang) dengan maksud merusak (reputasinya) dan meremehkannya; jika benar disebut ghibah jika salah disebut buhtan (mengumpat, memfitnah).
Al Ghuyub : 1. (Syath) Sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata fisik, dibangsakan gaib tetapi bukan DiriNya Illahi. 2. (Syath) Makhluk Tuhan yang dibangsakan ghaib, tidak nampak oleh mata.
Guru Yang Hak dan Sah : 1. (Syath) Washitah Yang Hak dan Sah. 2. (Syath) Pengganti/wakil-wakil Nabi SAW sebagai putra-putranya yang suci dalam satu mata rantai silsilah yang secara gilir gumanti tidak pernah terputus sama sekali hingga kini dan sampai kiamat nanti (disebut hak); dan atas petun-juk dan perintah Allah Swt secara sah memperoleh ijin dari Guru yang sebelumnya guna melanjutkan tugas dan fungsinya dengan cara digulawentah dan dipersiapkan sebagai penerus/pengganti Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Disebut juga Al Mahdi (Lih. Imam Mahdi, Al Qaim)

Kamus Sufi Huruf F

Al- Faatehah : 1. (Syath) Salah satu surat dalam Al Qur’an bernama Al-Faatehah. Surat ini diturunkan di Mekah dan merupakan surat yang pertama-tama diturunkan lengkap 7 ayat. Disebut Al Faatehah karena dengan surat ini dibuka dan dimulai Al Qur’an yang merupakan bacaan sangat mulia, pada kitab yang terpelihara di Lauh MahfudzNya, dan tidak akan dapat menyentuh kecuali hamba-hamba yang disucikan olehNya. 2. (Syath) Al Faatehah yang Ummul Kitab, menghimpun seluruh isi dan kandungan Al Qur’an. Karena itu apabila mengeta-hui intinya, merupakan ruuhul-ruuh, merupakan wadah “mata hati” ketika menyaksikan Ada dan Wujud DiriNya Dzat Al Ghaib Yang Wajib WujudNya.
Fadhal : 1. (Syath) Fadhl; 2. (Syath) Kemurahan, anu-gerah dan karunia; 3. (Syath) Karunia dan anugerah Allah dari rahmat-Nya yang tidak terhingga.
Fakir (Al-Faqier) : 1. Miskin, tidak mempunyai apa-apa; 2. (Syath) Orang yang hatinya menyadari hanya sebagai hamba yang tidak bisa apa-apa, kalau tidak dengan Tuhan. Kesadarannya selalu berupaya agar dirinya tetap bersandar/ deple-deple kepada Yang Maha Bisa, berusaha tidak mengakui apa saja yang ada dalam dirinya; 3. (Syath) Orang yang hatinya menyadari dirinya tidak bisa mendekat kepada Tuhan kalau tidak mendapat rahmat dan fadhal-Nya; 4. (Syath) Orang yang hatinya menyadari bahwa yang direalisasikan hanya dengan sak derma nglakoni saja; 5. (Syath) Orang yang hatinya me-nyadari bahwa dirinya seorang hamba yang sangat butuh/memerlukan pertolongan dan belas kasih Tuhan; dirinya hanyalah seorang murid, 6. (Syath) Orang yang hatinya menyadari bahwa dirinya bagaikan musafir ditengah lautan, makin banyak minum air laut makin haus, makin banyak ilmu yang telah diterima makin merasa bodoh dirinya; 7. (Syath) Orang yang hatinya menyadari bagai seba-tang padi, makin bertambah ilmunya, makin banyak nelangsanya maring Allah, makin negla (tampak dengan jelas) segala kekurangan dan kebodohannya.
Fana : 1. Rusak (hilang, mati); tidak kekal; 2. Matinya nafsu, kemauan diri, kesadaran diri, yang melahir-kan kebangkitan spiritual menuju kehidupan abadi; 3. Kedekatan kepada Cahaya Maha Cahaya yang didalamnya api cinta abadi menyala, sebelum ia berubah membakar diri, sebelum ia menyemangat-kan sang Pencipta dalam pelukan kesatuan; 4. Akhir dari perjalanan menuju Allah. 5. Peleburan diri da-lam Allah
Fana Dzat : 1. (Syath) Membuktikan mati selamat; 2. (Syath) Hamba yang ditarik membuktikan Dawuh Guru, yakni rasanya yang dirasakan Hanya Ada dan wujud-Nya Tuhan, karena memperoleh beberan, sawab, berkah dan pengestunya Washithah
Fana ‘Fillah : 1. (Syath) Meniadakan aku karena hanya merasakan Adanya Sang Maha Tahu. 2. (Syath) Murid yang berada dalam derajat manggon (selalu bertempat tinggal dalam Dawuh Guru). 3. (Syath) Hamba yang sadar seyakin-yakinnya bahwa yang Bisa – Tuhan, Yang Kuat – Tuhan, Yang pemilik segala yang biasa diaku – Tuhan, sadar seyakinnya bahwa yang obah osik – Tuhan. Demikian pula dengan yang Ada dan Yang Wujud. Dalam rasa hatinya yang nampak hanya Tuhan.
Fardhu ‘ain : 1. (Syath) Kewajiban yang tidak bisa di-hindari bagi orang yang mengaku beragama Islam.
Fasik : 1. (Syath) Orang-orang yang melanggar perjan-jian dengan Allah, (tentang kesaksiannya terhadap Diri-Nya di dunia ini Al Ghaib, supaya dapat me- nyaksikan kembali) sesudah perjanjian teguh; 2. (Syath) Orang yang memutuskan apa yang diperin-tahkan Allah untuk menghubungkannya; yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya (rasul-Nya dan penerusnya yang hak dan sah).
Fatihil Ghuyub : (Syath) Tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW untuk membuka beberapa hal yang nyamar (ginaib). Hal tersebut adalah :
a. Ginaib hatinurani : agar dapat terbuka dengan ilmu yang seyakinnya mengenal dan mengetahui Ada dan Wujud DiriNya Dzat Yang Al Ghaib, Wajib WujudNya, Allah asmaNya, hingga dengan mudah dapat diingat-ingat dan dihayati.
b. Membuka ginaib ruh : supaya hamba ini menya- dari bahwa ruh yang menjadikan hamba ini ber-daya, bertenaga adalah ruh Illahi; adalah hakNya Allah dan milikNya.
c. Membuka ginaibnya siir; sehingga rasa yang oleh manusia biasanya habis untuk merasakan apa saja yang berkaitan dengan pancaindranya dan jiwa-raganya, keinginan nafsu dan syahwatnya serta watak akunya dapat dilatih dan dididik untuk merasakan betapa nikmatnya dan betapa indahnya mengingat-ingat dan menghayati (mendzikiri) DiriNya Dzat Al Ghaib Yang Allah AsmaNya.
Al Fattâh : Yang Maha Membuka (hati). Dia yang dengan kekuasaan-Nya, apapun yang tertutup men-jadi terbuka, dan dengan petunjuk-Nya apapun yang tidak jelas menjadi jelas.

Kamus Sufi Huruf D

Daabbah : (Syath) 1. Sejenis binatang melata; 2. Simbul kekasih Allah yang pada pandangan mata manusia dunia dianggap hina, tidak berguna, pantasnya disingkirkan dan dihabisi karena terlanjur didakwa menyampaikan sesuatu yang mengada-ngada dan dusta; 3, Wakil Allah dimuka bumi yang secara hak dan sah telah ditarik menemui-Nya, tahu persis kehendak-Nya serta memahami dengan benar terha-dap Sang Muwakkal yang atas perintah dan ijin dari Allah dipersiapkan oleh Guru sebelumnya yang silsilahnya tidak pernah terputus dari Nabi Muhammad SAW hingga kini.
Dasar Muraqabah : (Syath) Sama sekali tidak ngaku pada bisanya, kuatnya, segala yang dikiranya menjadi miliknya. Bahkan tidak ngaku terhadap ada dan wujud jiwa raganya, untuk dapat menyadari sepenuhnya terhadap sejatinya wujud, yakni Isi-Nya Huw, sehingga hanya kepada-Nya saja yang dirasa Ada dan dirasa Wujud.
Dasar Qana’ah : (Syath) 1. Orang yang dengan sungguh-sungguh berusaha mengurangi, menghi-langkan dari dalam dirinya watak dan kehendak bangsa hewan (lih. nafsu amarah dan lawwamah); karena kuatnya tekad dalam membuktikan niatnya mendekatkan diri kepada Allah, sehingga sampai dengan selamat bertemu dengan-Nya.
Dasar Ridha : (Syath) 1. Keluar dari rasa menyintai diri-nya sendiri, dan masuklah rasa cintanya itu kepada Satu-Satu-Nya Dzat Yan Mutlak Wujud-Nya. Untuk itu harus cinta ber-itba’ (manut) kepada semua Dawuhnya Guru.
Dasar Sabar : (Syath) 1. Hanya dapat tercapai bila orang bersedia menangguhkan kesenangan, keinginan, kepentingan-kepentingan, selera-selera sekarang un-tuk kesenangan yang jauh lebih besar dan kekal saat ketika mati bertemu dengan Tuhan di akherat; 2. Selalu dengan sadar dan rela memaksa jiwa raganya sendiri (wujud nafsunya) hingga selalu mau melak-sanakan perintahnya Dawuh Guru; dan selalu patuh dan tunduk dijadikan kendaraan bagi cita-citanya hati nurani, roh dan rasa mendekat kepada Tuhan-nya sehingga sampai dengan selamat.
Dasar Taubat : (Syath) 1. Hamba yang selalu menuduh kepada dirinya sendiri bahwa dirinyalah orang yang paling banyak sendiri dosa-dosanya, paling banyak sendiri salah dan kurannya, apes, hina, nista, tidak bisa apa-apa dan tidak punya apa-apa, merasa jelek sendiri meskipun dibanding dengan kere di bawah jembatan; 2. Sadar sebagai hamba yang fakir dan rasa hatinya selalu berharap dekat dengan Yang Tidak Punya Apes, Langgeng, Sempurna dan Maha Kuasa.
Dasar Tawajuh Illallah bil Kulliati : (Syath) Menge-luarkan dari segala pengajak selain kepada ajakan Al-Haq-Nya (Guru Wasithah).
Dasar Tawakkal ‘Alallah : (Syath) 1. “kumandel ma-ring Allah”; yaitu kuat-nya rasa hati yang merasa-kan betapa dekatnya Dia Zat Al-Ghaib Yang Wajib Wujud-Nya, karena itu sangat mudah dan nikmat diingat-ingat dan dihayati, maka segala gerik dan perbuatan selalu nggandul kepada Diri-Nya. 2. Murid yang rasa dalam hatinya pasrah dan sumeleh (nggletak) kepada-Nya.
Dasar Uzlah : (Syath) 1. Menyendiri di tengah-tengah kalangan; orang yang berusaha keras dan sumber dayanya dimanfaatkan untuk kemajuan kehidupan masyarakat; namum tekadnya menyendiri. Tekad-nya sama sekali tidak untuk bersenang-senang, pamer dan jor-joran, berbangga-bangga dengan harta, kehormatan dan gengsinya harga diri, apalagi mengumbar hawa nafsu dan syahwatnya.
Dasar Zuhud : (Syath) 1. Tapa in sak tengahing praja; orang terhadap lingkungannya, bangsa dan nega-ranya mempunyia kepedulian besar untuk memaju-kan, tetapi hatinya tapa,yang diingat-ingat dan dihayati adalah dirinya Tuhan yang sangat dicintai untuk dikumantili, sehingga jika dimampukan Allah untuk memajukan masyarakatnya, bangsa dan nega-ra dengan mewujudkan bangunan yang berguna dan bermanfaat, maka yang disyukuri adalah Diri Tuhannya yang telah menjadikan hatinya mau membangun sehingga terhindar dari bencana amal baik yakni takabur, ria, sum’ah dan ujub.
Dawuh Guru : (Syath) 1. Segala petunjuk, perintah dan larangan Guru Washitah yang diucapkan baik secara lisan maupun tulisan dan dalam bentuk tingkah laku (gerak-gerik).
Adh Dharr’, ‘An-Nafi’ : 1. Yang Maha Penghukum; Yang Maha Memberi Manfaat. Dia yang menda-tangkan kebaikan dan keburukan, manfaat dan mudharat, kesemuanya ini dirujukan kepada Allah Ta’ala, apakah Dia bertindak melalui malaikat, amnusia atau benda-benda mati, 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Dunia : 1. Dunia jasmani, adalah kehidupan ini. Inilah yang memalingkan manusia dari mengingat Allah, Zat Yang Mahabenar. Dengan hijab inilah dia me-nyembunyikan DiriNya dari CiptaanNya. 2. (Syath) Hakekat dunia adalah wujudnya nafsu manusia yang tidak lain adalah wujudnya jiwa raga yang menjadi sumber segala sumbernya dosa dan kemak-siatan. Porosnya nafsu yang merupakan markas besarnya wujudnya jiwa raga adalah watak akunya itu.
Dzikir (dikir, zikir) : 1. Mengingat-ingat; 2.(Syath) Me-ngingat-ingat dan menghayati isi-Nya Hu; 3.(Syath) Ingatnya hatinurani, roh dan rasa kepada Dzat yang sangat dekat sekali keberadaan-Nya yang meski Al Ghaib, wajib wujud-Nya; 4. (Syath) Operasionali- sasi dari Ilmu Nubuwah.
Dzikri Ismu Ghaib : (Syath) Dzikir ketujuh dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah), yaitu Huwa (Huw, dengan mulut tertutup secukupnya). Dengan mata terpejam dan mulut dikatubkan. Yang di arah tepat ditengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa yang telah diisi dengan dzikir (ingat hati nurani pad Al Ghaib, IsiNya Huw). Dzikri Huw ini asalnya dari Ha’ wawu di dhammah. Yaitu dhamir huwa. Dhamir maknanya “sesuatu yang tersimpan di dalam hati tentang Ada dan Wujud DiriNya Zat Al Ghaib Yang Allah Asma’-Nya”. Ini adalah makna kandungan firman Allah dalam Surat Al Ikhlas ayat 1.
Dzikir Itsbat : (Syath) Kalimah Illallah yang dipukulkan (oleh dagu) ke dalam hati sanubari (kira-kira dua jari di bawah susu yang kiri. Maksudnya supaya nafsu lawwamah yang markas besarnya berada di dalam hati sanubari ini dapat sirna. Supaya tidak berfungsi dan tidak mengganggu perjalanan hati nurani, roh dan rasa dalam mendekat kepadaNya.
Dzikir Sirri : 1. Dzikir yang ada di kedalaman rasa, sebuah entitas spiritual yang amat tersembunyi; 2. (Syath) Dzikir yang mencapai martabat rasa (lih. martabat rasa)
Dzikir Tanazul : (Syath) Dzikir keenam dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah), yaitu Huw – Allah (tujuh kali). Huw diambil dari baitul makmur (otak) dan kalimah Allah dimasukkan ke dalam dada. Sebab akhirat itu pintu masuknya ada di dalam dada.
Dzikir Taroki : (Syath) Dzikir kelima dari tujuh macam dzikir (Dzikir dalam Syththariah), yaitu Allah – Huwa (Huw) sebanyak 7 kali. Ucapan Allah diam-bil dalam dada dan Huw dimasukkan ke dalam baitul makmur (markasnya berpikir). Maksudnya supaya markas besarnya berpikir ini selalu dicaha-yai oleh cahaya Illahi, sehingga potensi pikir akan benar-benar dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dunia untuk membuktikan hablum minannas-nya. Potensi pikirnya semata-mata demi Subhaanaka. Demi untuk mensucikan Zat Yang Maha Suci. Karena itu hasil kerja kerasnya, semata-mata dijadikan sebagai pancatan yang kokoh guna menyucikan diri supaya dapat sampai selamat dan bahagia bertemu lagi dengan Dzat Yang Maha Suci.
Dzul Jalal wal Ikram : 1. Yang Maha Memiliki Kebe-saran serta Kemuliaan; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Kamus Sufi Huruf C

Ciri-ciri orang awam : (lih. orang awam) (Syath)
1. Berimannya berhenti pada dataran pengakuan adanya Tuhan (tidak berniat untuk mengenal dan mengetahui Ada dan Wujud Diri-Nya Ilahi Dzat Yang Al-Ghaib). Pengakuannya itu lalu dipuaskan oleh rasa cukupnya mengetahui nama-namaNya (Asmaul HusnaNya) dengan makna-maknanya, sifat-sifatNya, CiptaanNya; yang dianggap hal demikian telah dirasa cukup untuk memperkuat pengakuannya itu.
2. Ketaqwaannya hanya pada batas dapat memilah mana yang wajib dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan.
3. Dalam melaksanakan amal ibadahnya mempunyai kecendecungan kuat untuk pamrih. Menjadi anak kecil yang kedua kalinya. Anak kecil jika diajak bertamu, dia sama sekali tidak akan butuh kepada sang pemilik rumah. Yang dibutuhkan adalah berbagai mainan atau kue yang disenangi yang diberikan kepadanya. Yang mereka butuhkan adalah nikmat pemberian-Nya (seperti berbagai ganjarang dan surga) akan tetapi sama sekali tidak butuh kenal dan tahu Sang Pemilik bahkan Sang Penciptanya.
4. Ciri watak akunya nafsu bagi orang awam adalah kentalnya mereka pada menganggap cukup penda-patnya sendiri, percaya pada benarnya sendiri, mengandalkan pada ungkapan-ungkapan katanya sendiri.

Kamus Sufi Huruf B

 Al Badi’ : 1. Yang Maha Pencipta; adalah sedemikian sehingga tidak dikenal adanya sesuatu yang menyerupainya; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Al Ba’its : 1. Yang Membangkitkan yang mati; Dia yang menghidupkan makhluk-makhluk pada hari kiamat; yang membangkitkan mereka yang ada di dalam kubur (QS. 100 : 27) dan yang mengungkapkan apa yang ada di hati manusia (QS.100:10). 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Bala Sirullah : 1. (Syath) Sahabat setia lahir batin yang dengan sabar dan tawakkal berusaha untuk dapat mencapai tingkat dan martabat rasa (lih.martabat rasa).

Al Baqi : 1. Yang Maha Kekal; adalah wujud yang keberadaannya itu sendiri niscaya; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al Barr : 1. Yang Mahadermawan; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al Bari’ : 1. Yang Mengadakan dari Tiada. Yang Maha Mengatur dengan Keselarasan Sempurna. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al Bashir : 1. Yang Maha Melihat; Dia yang menyak-sikan dan melihat sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tersembunyi atau jauh dari-Nya, sekalipun yang ada di dalam bumi. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al Basith : 1. Yang Maha Melapangkan. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).(lih. Al Qabidh).

Al Bâthin : (lih. Azh Zhahir)

Beberan : 1. (Syath) Memperoleh limpahan safa’at/-pertolongan dari Guru yang hak dan sah.

Berkah : 1. (Syath) Bai’ah; 2. (Syath) Salah satu tata cara yang harus dilewati untuk memperoleh ilmu Syaththariah yang diisikan kedalam rasa hati; 3. (Syath) Memperoleh keberkahan ilmu tentang Zat Allah dari Guru yang hak dan sah; untuk memenuhi firman Allah dalam QS: 48. Al-Fath; 10.
Beriman yang Ma’rifatun : 1. (Syath) Orang yang hati nuraninya telah mengenal dan mengetahui Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat Yang Al-Gahib (lih. Al-Ghaib).
Bismillahirrahmanirrahim : 1. (Syath) Dengan menye-but Nama Allah Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Pada ayat pertama ini Bismi-nya gandeng menjadi satu. Sebab dengan menyebut Nama-Nya berarti (seharusnya) rasa hati telah mengenali Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat Yang empuNya nama Allah yang meskipun Al Ghaib, nyata sangat dekat sekali dalam rasa hati. Artinya sama dengan telah mengetahui rahasia yang ada pada titiknya ba’.
Maha pemurah karena Dialah Dzat Yang melim-pahkan segala kebutuhan hidup dari kehidupan hamba-hambaNya. Bahkan kepada hamba yang ka-firpun Allah meliputinya. Sebab hamba yang kafir-pun kalaulah tidak dengan ijinNya, bernafaspun tidak apalagi hingga berdaya dan bertenaga. Hanya saja lalu diaku dan diperalat oleh hawa nafsu dan syahwatnya. Namun sama sekali tidak disadarinya, karena itu betapa hebat ancaman azab yang diterima oleh mereka.
Yang Maha Penyayang karena Dialah Dzat yang senantiasa menyayangi hamba-hamba pilihanNya. Supaya selalu berada pada keimanan dan ketaqwaan yang benar-benar sejalan dengan kehendakNya. Dan cara menyayanginya justru diuji dengan ber-bagai cobaan yang bermacam-macam. Dan karena disayangi, hamba yang demikian sadar sesadar-sesadarnya bahwa diwujudkannya berjiwa raga dalam kehidupan dunia memang sebagai tempat ujian dari DiriNya. Karena itu justru akan malah menyuburkan niat dan tekadnya dalam berlaku sabar dan tawakkal membuktikan jihadun-nafsinya demi mendekat kepadaNya sehingga sampai dengan selamat dan bahagia bertemu lagi dengan DiriNya.

2. (Syath) Pembukaan yang membuka terhadap Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat Al GhaibNya yang dekat sekali dalam hati yang mencahaya. Hingga apabila Bismillahirrahmanirrahim diucapkan dengan kata, Rasa hati langsung menghayati Diri-Nya Dzat Yang Al Ghaib Wu-judNya. Lalu mencahaya dengan Diri-Nya.
Dan kenalnya hati yang padanya ada pancaran cahaya-Nya yang menyejukkan ini. Pada kebenaran Al-Hadi yang dipercaya Ilahi sebagai wakilnya menjadi rasa jiwa yang selalu hidup dengan DiriNya. Menadikan jiwa dengan Arrahman dan Arrahim-Nya. Dapat menikmati rasa ngumawula kepadanya. Karena itu betapakah yang ada dalam dada. Apakah tidak pernah diperhatikan. Lalu apakah tidak kamu tolong sendiri untuk menyela-matkan.

Bitahsiinil Akhlaq : 1. Bagusnya budi pekerti, 2. (Syath) Bagusnya akhlak yang terbentuk dari seseorang yang ilmunya manfaat, yakni seseorang yang dengan ilmunya itu selalu mengetahui terhadap aibnya diri. Selalu mengetahui terhadap aibnya mencintai kepada dunia, serta mengetahui terhadap bencananya amal baik yaitu watak takabur, sum’ah, ujub dan ria.

Buah Dzikir : (Syath) Beberapa buah, berkah atas membekasnya dzikir antara lain : 1. Sepinya batin dari berbagai kecondongan apa saja selain-Nya hingga sampai pada membuktikan selamatnya mati; 2. Tidak ada rasa kumandel kepada apa saja dan siapa saja, selain hanya kepada Dzat Allah Swt; 3.Pada soal makanan dan yang semacamnya makan- an, sepertinya menjadi banyak sekali serta mencu-kupi walaupun sebenarnya (seandainya dihitung) sedikit; 4. Diamnya lisan atas keadaan dunia dan semua yang menjadikan senang dan nikmatnya dunia; tidak memuji dan tidak mencela; 5. Terbu-kanya hijab yang mendinding hati sehingga akan dapat mengetahui berbagai macam indahnya ajaib-Nya dan juga terhadap beberapa rahasianya alam rasa.

Budi pekerti yang bagus : (Lih. Bitahsiinil Akhlaq)

Kamus Sufi Huruf A

Abdurrauf As, Syekh; merupakan washitah ke 29 (periode IX) 1652 – 1690 M. Nama lengkap Abdurrauf Singkel adalah ‘Abd ar-Ra’uf bin ‘Ali al-Jawiyy al-Fansuryy as-Sinkiliyy. Beliau orang Melayu dari Fansur, Sinkil di wilayah pantai barat laut Aceh. Ayahnya seorang arab bernama Syekh Ali. Abdurrauf meninggal tahun 1693 dan dima-kamkan di samping makam Tengku Anjong dekat Kuala Sungai Aceh. Di Aceh dikenal sebagai Teungku di Kuala. Beliau belajar agama selama 19 tahun di tanah arab. Salah satu Gurunya yang paling berpengaruh pada pemikiran Syekh Abdurrauf adalah Ahmad al-Qusyaisyi (Medinah). Syekh Abdurrauf kembali ke Aceh tahun 1661, setahun setelah al-Qusyaisyi meninggal. Karya-karyanya mencakup bidang fikih, hadis, tasawuf, tafsir.

Al -‘Adl : 1. Yang Maha Adil; Dialah yang adil, dan Dialah yang selalu bertindak adil, lawannya kezali-man dan penindasan. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al Afuww : 1. Yang Maha Pemaaf; Dia yang mengha-puskan dosa-dosa dan mengabaikan tindakan-tin-dakan durhaka. Maknanya dekat dengan Al Ghafur; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Ahl : 1. Kerabat. 2. Ini adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Seluruh ciptaan adalah keturu-nannya melalui cahayanya (Nur Muhammad) yang berasal dari Cahaya Allah. 3. Istilah secara khusus menunjukan mereka yang dekat dengannya, keluar-ga spiritualnya yang turun menurun melalui mata rantai silsilah spiritual.

Ahlu Bait (ahl al bayt) (Nabi Muhammad SAW) : 1.(Syath) Orang yang mengetahui secara persis segala hal tentang apa yang ada di dalam dadanya Nabi Muhammad SAW, utamanya hubungannya dengan keberadaan DiriNya Tuhan Yang Al Ghaib, yang juga selalu diingat-ingat dihayati dan dirasa-kan dalam hatinurani, roh dan rasanya Nabi Muhammad SAW dalam melakukan apa saja, dima-na saja dan sedang apa saja.

Ahli dzikir : 1.(Syath) Hamba yang dibentuk oleh Allah berdasarkan ilmu yang diterima dari Gurunya, dibentuk mempunyai hati nurani, ruh dan rasa yang selalu maqam dalam dzikir. Bertempat tinggal dalam rasa hati yang senantiasa mengingat-ngingat dan menghayati Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat Al-Ghaib yang dirasakan sangat dekat sekali. 2. (Syath) Hamba-hamba yang disucikan, wakil Diri-Nya Ilahi karena Dia tidak pernah ngejawantah di bumi ini; secara baik mengenal DiriNya Dzat yang Al GhaibNya Ilahi. Yang hati nurani, roh dan rasanya selalu maqom pada DiriNya. Karena itu yang ter-nikmat diingat-ingat dan dihayati, juga DiriNya Satu-satunya Dzat Al Ghaib Yang Wajib WujudNya. Tempat bertanya perihal DiriNya Yang Al Ghaib ini. Sebagaimana tugas dan fungsinya Rosul Ilahi. (yang dalam QS. Takwir 24 difirman-kan olehNya). Bagi hamba yang dikehendaki men-dekat kepadaNya dan ada niatan hati untuk bertanya tentang keberadaan Diri-Nya.

Ahlul-qurub : 1. (Syath) Ahli prihatin; yang bersung-guh-sungguh selalu berjihadunnafsi supaya darah yang mengalir dalam tubuhnya sebagaimana darah yang mengalir dalam tubuh Nabi Muhammad SAW, yang aliran darah dalam tubuhnya selalu mendorong semangat hidupnya dan wataknya, supaya berhasil dalam mengikuti jejak para Malaikatul Muqorrobin.

Akhlak : 1. Budi pekerti; watak; tabiat; 2. Disiplin yang juga mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan

Alam Hakekat : 1. Alam kebenaran Illahi; 2. (Syath) Rasa hati yang menyadari bahwa sebenarnya yang bisa, yang kuat, yang memiliki segala ini, yang bergerak, yang berdaya dan berkekuatan, adalah DiriNya Dzat Yang Al-Ghaib.

Alam Jabarut : (lih. Jabarut)

Alam Lahut : (lih. lahut)

Alam Malakut : (lih. malakut)

Alam Nasut : (lih. nasut)

Alam Shaghir : 1. Alam kecil. Alam Shaghir mengan-dung seluruh alam dalam bentuk laten. Alam ini adalah manusia itu sendiri; 2. (Syath) Alam tempat tajjalinya kalimat Tauhid, La Ilaha Illa Allah.

Alam Kabir : 1. Jagad besar; 2. Alam semesta raya

Alam Syahadah : 1. Alam pengalaman yang bisa diin- drai. Yang kasat mata.
Alhamdulillahirabbil ‘alamina,: 1. (Syath) Segala puji bagi Rabb semesta alam. Dengan sadar memujinya maka habislah watak ngakunya hamba, kemudian suburlah gairah mencintai DiriNya Rabb Yang me-nunjuk pada keberadaan DiriNya Dzat Al Ghaib Yang Mutlak WujudNya, Yang dirasakan dekat sekali dalam rasa hati. Karena itu menjadilah hamba yang senang hati selalu mengingat-ingat dan meng-hayati Ada dan Wujud DiriNya Rabb Sang Pendi-dik, sang Pelindung, Sang Pemelihara, Sang Penga-yom yang Menguasai seluruh alam. Alam kabir maupun alam shagir yanga da dalam dada hamba yang bertakarrub kepadaNya. 2. (Syath) segala puji hanyalah bagiNya semata, Tuhan semesta alam. Satu-satuNya yang ditaati. Sebab Dia-lah Dzat satu-satuNya yang Memiliki segala ini, yang Mendidik, Yang Memelihara Dan Mengayomi, dan Yang Mengalirkan rasa cinta hamba kepada DiriNya.
Namun bagi dada yang adalah jagatnya manusia; semisal yang ada dalam jagat raya CiptaanNya, diruwetkan oleh segala cipta angan-angannya. Lalu menggelapkan keberadaan DiriNya Yang Al Ghaib dan dekat sekali. Karena gengsi bertanya kepada AL-Hadi yang ahli dalam hal ini. Maka Wayaqdzifuuna bil ghaibi min makaanin ba’iidin, yakni hanya menduga-duga saja pada keberadaan (Ada dan WujudNya Dzat Yang) Al Ghaib dari tempat yang jauh (Q.S. Saba’. 53).
Maka yang muncul adalah hanya wataknya yang berani ngembari Diri-Nya. Ngembari AdaNya dan ngembari WujudNya. Dengan ngakunya pada ke-beradaan ada dan wujudnya dirinya. Lalu watak akunya itulah yang merajalela. Dengan komando nafsu untuk menghabisi nikmatnya hati mengingati DiriNya. Hingga puja dan pinuji yang mestinya adalah hanya layak bagi DiriNya, diserobotnya de-mi kepuasan dunia.
Padahal dengan mengucap alhamdulillahirabbil ’alamin, bagi yang dalam dadanya ada isinya dzikir yang menghayati Keberadaan DiriNya Yang Al Ghaib, dekat sekali; akan segera menghidupkan kesadarannya sebagai hamba yang bodoh, dungu, tuli, apes, hina, tidak bisa apa-apa, tidak kuat apa-apa dan tidak punya apa-apa. Kalaulah tidak karena denganNya, fadhalNya dan RahmatNya, tidak hanya apes, hina, nista, dan bahkan tidak berharga. Sahdan jalan syaitan-lah yang akan diikuti, lalu watak ngembari DiriNya menyatu dengan watak aku yang tak pernah disadari sama sekali.

Al -‘Alîm : 1. Yang Maha Mengetahui. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al-‘Aliyy : 1. Yang Maha Tinggi; Dia yang di atas kedudukan-Nya tidak ada lagi kedudukan yang lain, dan semua kedudukan ada di bawah-Nya. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Allah : 1. Tuhan Yang Maha Kuasa; 2. Nama yang pa-ling agung di antara sembilan puluh sembilan nama Allah Swt., karena nama ini menunjukkan esensi yang mempersatukan segala sifat Ilahiah, sehingga tidak ada lagi sifat yang tertinggal. Juga merupakan nama yang paling khusus karena tidak ada yang dapat menggunakannya untuk siapapun kecuali Dia, baik secara harafiah maupun kiasan. Allah adalah Nama Yang Serba Meliputi (al-ism al-jâmi’) yang mengandung setiap Nama Illahi. Nama ini berarti Allah sebagaimana Dia dalam diri-Nya sendiri. 3. (Syath) Asma-Nya Zat Yang Al-Ghaib dan Wajib Wujud-Nya; (lih. Al-Ghaib).

Aqly : 1. Akal; 2. Pandangan yang lahir dari penafsiran yang didasarkan akal.

Arif : 1. Orang yang mengetahui dan mengenal Allah. Dia adalah manusia utuh dan sempurna. Sang arif telah dianugrahi Pengetahuan Illahi (ma’rifah); 2. Orang yang sadar dan bijaksana. Tuhan telah membuat sang arif menyaksikan dirinya sendiri (mafsahu), sehingga keadaan-keadan spiritual pun termanifestasikan dalam dirinya.

Arif bi Allah : 1. Orang yang sangat mengenal Allah. Orang yang telah memenuhi tujuan penciptaannya. Dia telah menyucikan dirinya dan siap menerima pengetahuan mistik tertinggi berupa Pengetahuan tentang Allah.

Arifin : 1. Orang “mengenal Allah”; 2. Orang yang mengetahui dan mengenal
Allah, menyaksikan dan mengenal Allah ke manapun mereka menatap. Mereka adalah orang yang kebingungan karena telah menemukan Allah.

Asmâ’ al-husnâ : Nama-nama Allah Yang Paling Indah. Allah memberitahukan dalam Al Qur’an bahwa Dia mempunyai Nama-nama Yang Paling Indah. Inilah Nama-nama Kesempurnaan (kamâl)-Nya yang mencakup Keagungan (jalâl) dan Keindahan (jamâl)

Asy-Syaththoor : (Syath) Hamba yang ditarik fadhal dan rahmat-Nya telah dapat mengeluarkan dari dalam hatinya semua hal tentang dunia, hingga yang tetap dalam hatinya hanyalah Diri-Nya Tuhan Zat Yang Al-Ghaib dan Wajib Wujud-Nya, Allah Asma’Nya.

Attakiyah : 1. Menyembunyikan kebenaran dalam jangka waktu tertentu hingga kebenaran tersebut siap untuk diungkapkan. 2. (Syath) Menyimpan pa-ham kebenaran terhadap keberadaan ilmu yang seharusnya selalu diingat-ingat, dihayati, dan dirasakan oleh hatinuarani, roh dan rasa terhadap Keberadaan DiriNya Dzat Yang Al Ghaib dan Wajib WujudNya, Allah AsmaNya, amat sangat dekat sekali hingga sebenarnya amat sangat nikmat dan indah diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati.

Attaqwa Hahuna : (Syath) Hamba yang menyungkur dalam sujudnya selalu bertasbih dan memuji Kebe-saran Tuhannya serta sama sekali tidak menyom-bongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, beristigfar dan bersalawat mejelang qiyamul-laili yang dikerjakannya dengan niatnya, dengan rasa takut dan harapnya dalam berdo’a disertai ikhlasnya dalam menafkahkan pemberian-Nya.

Auliya’ : 1. Para wali Allah; 2. Jamak dari kata wali. Suatu derajat spirititual tertinggi setelah rasul dan nabi. Auliya’ adalah para kekasih Allah Swt. Dalam Al Qur’an disebutkan, “ingatlah, sesungguhnya para kekasih Allah itu tidak pernah takut dan tidak pernah susah.” Para wali memiliki maqam bertingkat-tingkat sesuai dengan kehendak Allah.

Ayat : 1. Tanda, pengajaran dan urusan yang meng-herankan; 2. Alamat, tanda, sesuatu yang ajaib, mukjizat, teladan dan ayat Al-Qur’an; 3. Tanda-tanda dan kejadian yang terdapat dalam alam ini yang membuktikan bahwa Tuhan itu Ada, Esa, Ku-asa dan Bijaksana; 4. Berkenaan dengan kekuasaan Allah, mempunyai arti: a. Ayat-ayat yang tertuang dalam Al-Qur’an atau teks lafal-lafal Kalamullah, b. Ayat-ayat kawniyat (lih. Ayat Kawniyat).

Ayat Bayyinat : 1. Ayat-ayat terbuka; 2. Ayat yang isinya adalah perintah yang jelas dan setiap orang dapat membaca dan memahaminya.

Ayat Kawniyat : tanda-tanda kekuasaan Allah yang ter-wujud dalam hamparan alam semesta dengan segala isinya.

Ayat Mutasyabihat : 1.Ayat-ayat yang sarat makna, sehingga dapat ditafsirkan menurut cara yang ber-beda.

Ayat Qawliyah : 1. Tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditulis dalam kitabullah lewat para Rasul-Nya.

Al Awwal, Al Akhir : 1. Yang Maha Permulaan, Yang Mahaakhir; apapun yang pertama adalah pertama sehubungan dengan sesuatu dan apa yang terakhir adalah terakhir sehubungan dengan sesuatu, dan kedua hal tersebut berlawanan; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al ‘Azhim : 1. Yang Maha Agung; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Al -‘Aziz : 1. Yang Maha Perkasa, dia yang sedemikian penting sehingga sedikit yang sepertinya, namum dia juga adalah yang sangat dibutuhkan dan terbukti sulit diakses. 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).

Rabu, 07 Maret 2012

BUKAN KAMU TAPI AKU

Aku sadar saat aku menunjuk, menyalahkan, membenarkan, menghujat, mencela, menghina, dan segalanya. saat aku menunjukkan jari telunjukku kepadamu, satu untukmu dan tiga untukku. Aku koreksi diri terlebih dahulu, aku terhujat oleh hujatanku, aku tercela oleh celaanku, aku terhina oleh hinaanku. Jangan lupa akan pada dirimu, diriku, diri mereka. dan diri semua kita.

Lihatlah Apa yang Dikatakan Jangan Siapa yang Mengatakan

Ketika ada yang memberi nasehat kepada kita, maka terlintas di pikiran kita bahwa yang memberi nasehat itu orang yang ‘sok‘, apa lagi yang menasehati itu orang yang menasehati itu umurnya relatif di bawah kita, pastinya kita berfikir negatif kepada orang tersebut. Pada hakikatnya, apa yang dikatakan orang itu benar tapi kenapa kita merasa tidak ‘srek‘ dengan perkataan orang tersebut? Apa karena orag itu lebih muda dari kita, dan kita merasa lebih tahu banyak dari orang tersebut? Pasti seperti itu yang terlintas di benak kita. Padahal, seumpama apa yang orang itu nasehatkan kepada kita itu benar, apa salahnya jika kita sejalan dengan orang tersebut. Meskipun yang mengatakan itu orang ‘bejat‘, tapi yang dikatakan itu benar, tetap saja benar. Begitu juga sebaliknya jika yang mengatakan itu orang ‘alim‘, tapi yang dikatakan itu sala, tetap saja salah. Dengarkan sajalah apa yang setiap orang katakan pada kita, tinggal ‘filter‘ yang terdapat pada otak kita yang akan menyaring perkataan orang tersebut. Jika yang dikatakan itu benar, maka pergunakanlah perkatan yang baik itu dengan baik pula. Begitu juga sebaliknya, jika yang dikatakan itu tidak benar, maka cukup dengarkanlah saja lalu lupakan apa yang dikatakan orang tersebut. “Lihatlah apa yang orang itu katakan, jangan lihat siapa yang mengatakan itu”.

Selasa, 06 Maret 2012

Berfikir

Berfikirlah sebelum dilarang berfikir pergunakan otak yang telah di berikan kepada kita ini dengan baik. Jangan sia - siakan, karena ini bukan permainan, ini adalah sebuah jalan. banyak Jalan berlubang di depan sana, ada duri yang sengaja diletakkan untuk menyakiti kakimu, bayak pengahalang yang terpampang jelas menghadang, dan ada banyak kelokan yang sangat sulit untuk di lalui. Belokan yang begitu tajam, tanjakan yang begitu naik, turunan yang begitu curam. Jangan heran jika di tengah perjalanan itu merasa lelah, putus asa, malas, kesakitan, meratap,dan sulit sekali rasanya untuk menjejakkan kaki ke jalan yang begitu panjang. Jangan bingung...!!! Turuti apa kata hati kecil, jangan turuti apa katu kemauan, karena itu bisa bebohong. Jangan bingung dengan apa yang egkau baca saat ini, karena ini melatihmu untuk berfikir, lebih dalam, lebih jauh, dan lebih luas lagi. Dan rasakan apa yang telah terjalani sekarang, nikmati ini dengan lapang dada. Pasti indah pada waktunya.