Senin, 03 Oktober 2011

Perwujudan Alam tanda Adanya Allah

"Segala sesuatu yang wujud di alam ini sesungguhnya gelap, yang menyinari adalah Nur Ilahi. Barang siapa yang melihat perwujudan alam ini, tapi dia tidak menyaksikan Tuhan di dalamnya, atau disisinya, sebelum atau sesudahnya, pastilah cahaya itu menyilaukan dan menghalangi dari cahaya makrifat. Itu disebabkan adanya kabut yang menutupi dari sisi segala perwujudan ini."

Sesungguhnya pada mulanya alam semesta ini tidak ada. lalu Allah, Sang pencipta menghamparkan bumi dan lautan. Dia meninggikan langit, bersama matahari, bulan dan bintang. Di atas bumi terdapat tumbuhan dan berbagai makhluk yang terus berkembang menjadi bermilyar banyaknya. Di dalam lautan terdapat ikan-ikan. Di dalam perut bumi terdapat binatang-binatang.

Maka bagi orang yang mau menggunakan pikiran secara jernih, tentu akan dapat memahami bahwa sesuatu yang semulanya tidak ada, kemudian ada, maka pasti ada yang menciptakan.

Minggu, 02 Oktober 2011

Belenggu Syahwat Menghalangimu Menuju Allah

"Bagaimana mungkin hati dapat memencarkan cahaya, sedangkan di dalamnya terlukis gambar duniawi. Atau bagaimana mungkin hati dapat menuju Allah kalau ia masih terikat oleh syahwat (keinginan). Bagaimana hati akan mempunyai keinginan yang kuat agar masuk kepada kehadirat Allah, padahal hatinya belum suci dari 'janabah' kelalaiannya. Atau bagaimana bisa berharab agar mengerti rahsia-rahasia yang halus, padahal ia belum bertaubat untuk menebus kesalahannya."

Jika hatimu keruh dan dekil, laksana cermin berdebu, maka tak mungkin engkau mengenal Allah. Pengenalan terhadap Allah itu dapat dilakukan oleh hati yang jernih, tidak berdebu dan tidak berpenyakit.
Selama gambaran-gambaran keinginan duniawi masih menyibukkan pikiranmua, maka hatimu masih saja tak bisa lepas dari debu syahwat (keinginan) itu sendiri. Inilah yang menjadikan hati buta.
Gambaran duniawi yang tertangkap oleh cermin hatimu membuat engkau menguras energi secara sia-sia. Permainan pikiran silih berganti, pulang dan pergi dari kalbumu. Keinginan demi keinginan tak pernah dapat terpuaskan. Itulah yang disebut syahwat.
Agar hatimu bersih dari debu-debu itu, maka bersungguh-sungguhlah menghapus gambaran-gambaran duniawi yang menghalangimu dalam menuju Allah. Bersihkan jiwa dari kesalahan-kesalahan, baik terhadap Allah ataupun terhadap sesama manusia.
Dalam Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 17, Allah berfirman, "Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kebodohannya yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya. Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
Carilah ilmu yang benar tentang masalah-masalah kedalaman misteri gaib. Artinya, ilmu yangmenuju kepada misteri Allah. Rosulullah SAW. bersabda, "Barang siapa yang mengerjakan sesuatu yang sudah diketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya pengtahuan sesuatu yang belum diketahui."
Ingatlah bahwa membiarkan syahwat akan membuat engkau lepas kendali dan keluar dari jalan Allah.

Diambil dari kitab/buku : Intisari Kitab AL-Hikam.


Mengasingkan Hati Dari Kesibukan Tak Berarti

"Tiada yang dapat memberi manfaat bagi seseorang kecuali beruzlah. Sebab dengan beruzlah manusia dapat berpikir dengan jenis."

Tentu engkau sudah tahu makna beruzlah, yaitu mengasingkan diri. Namun seringkali engkau menfsirkan dengan cara berpikir dangkal. Engkau meninggalkan anak dan istrimu, bahkan menelantarkan mereka. Lalu pergi ke gunung-gunung, ke dalam hutan, dan masuk ke goa. Tujuanmu menghindari kesibukan manusia, menyepi, bertapa atau bersemedi. Padahal islam tidak mengenal amalan bertapa atau bersemedi.
Oleh karena enkau ingin menjernihkan hati dan ingin menghindar dari hiruk pikuk dunia, lalu engkau pilih beruzlah. Engkau pergi ke tempat terpisah dengan manusia. Namun anak istrimu kau biarkan kelaparan. Kewajibanmu terhadap sesama manusia engkau abaikan.
Badanmu memang terpisah dari keramaian dan lalu-lalang pergaulan sesama manusia. Namun hatimu tak bisa membendung keluar masuknya pikiran yang berpangkal tentang duniawi. Inipercuma! Tak berguna! Padahal engkau berniat untuk mengheningkan dan menjernihkan hatimu agar lebih dekat kepada Allah. Tetapi tak mungkin, selama ada tali pengikat di hatimu terhadap duniawi, maka jalan pikiran tak akan bisa terbendung. Permainan pikiran yang mengganggu itu silih berganti, datang dan pergi. Justru hatimu bertambah ramai oleh pikiran duniawi.
Uzlah yang seharusnya engkau lakukan adalah menghinakan hati dari keramaian pikiran duniawi. Tak harus uzlah ke tempat sepi. Namun Bagaimana caranya agar hatimu terbebas dari debu-debu dosa, terbebas dari kebingungan dan kekhawatiran terhadap takdir Tuhan, lepas dari hasrat dan ambisi duniawi, serta terhindar dari syirik.
Heningkan hatimu dan cobalah untuk mengekang hawa nafsu. Hati perlu diheningkan, kemudian diisi dengan perenungan dan peningkatan kesadaran kepada Allah.
Ketika melakukan perenungan, maka yang paling penting adalah engkau harus benar-benar musahabah (introspeksi diri). Sudah jauhkan dirimu meninggalkan Allah karena permainan hidup di dunia yang membutuhkan energi dan pikiran? Pengalaman lahir itulah yang harus diendapkan menjadi jernih sehingga batinmu bercahaya.

Diamil dari kitab/buku " Intisari Kitab Al-Hikam.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Dua Unsur Dalam Diri Manusia


Saya pernah dberi tahu oleh guru saya bahwa manusia itu berasal dari 2 unsur yang di dalamnya itu akan menentukan sifat dan tabiat seorang manusia pada umumnya.Unsur tersebut di antaranya :

 1. Unsur malaikat(hitam)
 2. unsur iblis(putih)


Maksud dari itu semua, adalah bahwa manusia itu mempunya unsur yang pertama adalah unsur malaikat, dimana unsur inilah yang menjelma dalam nafsu muthmainah, sedangkan unsur ini terdapat dalam diri manusia mulai dari ujung kepala sampai dada.Sedangkan unsur yang kedua adalah unsur iblis, dimana inilah yang menjelma dalam nafsu amarah dan syahwat.

Dari sini kita bisa tahu apakah kita menuruti unsur iblis atau menuruti unsur malaikat...? Maka dari itu pelihara hati kita demi mengendalikan nafsu kita dengan baik. Namun jika kita malah terjerumus dalam unsur iblis, maka cepat-cepatlah bertaubat, Allah Maha Pengampun.

Benih Yang Ditanam Berbuah Kebahagian

"Tanamlah wujudmu dalam bumi kerendahan tak dikenal, sebab sesuatu yang tumbuh tanpa ditanan buahnya jadi tidak sempurna"

Jangan kau mengharap pohon akan berbuah baik jika benihnya engkau lemparkan begitu saja. Sesungguhnya benih yang dipilih dari yang terbaik dan ditanam, kelak akan menjadi pohon yang berbuah sempurna. Begitu pula dengan amal yang engkau lakukan, jika engkau lakukan sembunyi-sembunyi, ibarat benih kau tanam dalam bumi, maka akan berbuah kebahagiaan.

Artinya, sebagai orang yang ingin menempuh jalan makriftat, hendaknya membiasakan diri untuk beramal ikhlas. Lebih sempurna lagi jika amalmu itu tidak kau tampakkan secara lahiriah kepada sesama makhluk. Ini dapat menghindari dekilnya kalbumu dari sifat riya'.

Manusia yang beramal taat kepada Allah tetapi dengan asal-asalan, tetapi ditampak-tampakkan maka amal itu akan menjadi busuk. Jika engkau melakukan hal itu, tentu yang engkau dapatkan kelak bukanlah rahmat dari Allah, melainkan celka. Amal semacam ini ibarat engkau melempar benih sembarangan dan dilihat setiap orang lalu-lalang.

beramal dengan dibebeni berbagai muatan, misalnya engkau beramal karena ingin pahala, takut neraka, ingin mendapatkan penghargaan, terangkat nama baikmu di mata manusia, maka tentu buahnya asam. bahkan benih yang kau tanam berubah pahit, pohonnya berduri sehingga justru menyusahkan dirimu sendiri.

Amal yang baik adalah yang dipilih dari benih baik. Artinya amalan itu didasarkan pada syari'at yang benar sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadist shahih maupun Al-Qur'an. Lalu ditanam didalam tanah, artinya sembunyikanlah amal kebaikan itu jangan sampai manusia cenderung memberi pujian kepadamu. Pastikan bahwa Allah jua yang tahu kebaikan yang telah kau amalkan. Inilah sebuah pohonyang kelak akan berbuah kebahagiaan.


Diambil dari buku/kitab : Intisari Kitab Al-Hikam.

Amal Ibarat Sangkar, Ikhlas Ibarat Burung

"Bentuk amal yang nyata itu hanyalah 
kerangka yang tegak, sedangkan hakikatnya dalah wujud rahasia keikhlasan"

Engkau telah menyadari bahwa setiap amal itu bergantung kepada niat dan bukan kepada pernuatanmu. Tetapi harus pula diingat, meskipun engkau sudah memasang niat, tetapi jika itu tidak ikhlas, maka ibarat sangkar tak ada isinya. Ibarat tak berjiwa.

Amal merupakan penjelmaan dari niat dan keinginan di dalam hati. Ada niat dan keinginan dalam hati, lalu duwujudkan dalam tindakan, maka barulah disebut amal. Amal tak akan gagal jika ada kecocokan dengan niat. Tetapi niat saja belum cukup jika tidak ikhlas.
Sayid Sabiq pernah berkata, "Secara sengaja dengan ucapan, tindakan dan jihat hanya karena Allah semata dan mengharap ridlo-Nya saja. Inilah yang disebut ikhlas. Bukan karena niat mengharap harta, pujian, jabatan, atau kemasyhuran. Amal yang disertai dengan niat ikhlas akan terangkat dari sesuatu yang tercela.

Sesungguhnya jika setiap tindakan mu itu kau sertai  dengan niat ikhlas hanya kepada Allah, maka secara tidak langsung engkau telah menyapu debudalam kalbu. Debu yang dimaksudkan adalah bahaya-bahaya ujub, riya' dan sejenisnya.

Rosulullah mengajarkan tentang pokok-pokok amalan ikhlas, "Sesungguhnya Allah tidak akan menilai bentuk tubuhmu dan tidak pula melihat rupamu, namun Dia menilai hatimu." Lalu dalam sabdanya yang lain, "Manusia itu seluruhnya akan binasa, kecuali mereka yang beriman. Mereka yang beriman itu seluruhnya akan binasa, kecuali yang beramal. Dan mereka yang beramal seluruhnya akan binasa, kecuali mereka yang ikhlas."

Ditinjau dari ikhlas dalam beramal ta'at, maka manusia itu dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Keikhlasan golongan manusia ibadah berbeda dengan golongan muhibbin. Golongan ibadah beramal hanya kepada Allah semata, dengan berharap mendapatkan surga dan terhindar dari neraka.

Tingkat menusia muhibbin agak sempurna lagi. mereka beramal di sebabkan kecintaannya kepada sang Khaliq. beralam bukan ingin mendapatkan pahala dan buakan karena takut neraka.

tingkatan makrifat lebih sempurna. Mereka ini beramal tetapi tidak merasa beramal. Setiap amal baik yang dilakukan itu diyakini sebagai dorongan dan kehendak Allah. Terhadap amal baikpun itu, ia tisak merasa mempunyai kekuatan atau energi sedikitpun. Sehingga, dia tidak mengharapkan apa pun dari Allah. Semuanya terserah ALlah.

Sekarang, cobalah engkau bermuhasabah (introspeksi diri), masuk dalam tingkatan manakah amal ibadahmu? Jika ingin menempuh jalan makrifat, maka engkau harus untuk menduduki tingkatan terakhir.

Maka pemahaman tentang amal, niat, dan ikhlas haruslah direnungkan. Sesungguhnya amal itu hanyalah bentuk lahiriah yang ibaratnya sangkar. Sedangkan keikhlasan merupakan sumber kekuatan dan kehendakmu. Karena itu gantungkanlah harapanmu hanya kepada Allah semata...!!


Diambil dari kitab/buku Al-Hikam.

Mengapa Engkau Beramal

"Berbagai jenis amal yang tampak adalah karena 
beragamnya keadaan yang berasal dari hati"

Setiap amal selalu didahului dengan niat. Tampa adanya niat di dalam hatimu, maka mustahil engkau berbuat, tak mungkin engkau beramal. Niatmu adalah tolak ukur dari setiap amal pernuatanmu. Niatmu baik, aman menghasilkan buah yang beik pula sebaliknya.

Dalam hadist yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim diterangkan bahwa Rosulullah SAW. pernah bersabda, "sesungguhnya sah dan tidaknya suatu amal itu bergantung kepada niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah semata-mata taat kepada Allah dan Rosul-Nya, maka hijrah itu diterima Allah dan Rosul-Nya. Orang yang berhijrah karena mencari keuntungan duniawi atau wanita yang ingin dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada keinginan itu."
Salah satu yang menyebabkan hati berdebu karena amal perbuatan yang engau lakukan disertai dengan niat yang tidak tepat. Padahal sebagai orang yang ingin menapaki jalan makrifat, segala sesuatunya itu berujung kepada ALlah. Amalan apapun merupakan pengorbanan hamba bagi sang Khaliq.

Berhati-hatilah mengawali niat bagi amal perbuatan yang hendak engkau lakukan. Niatmu melakukan ibadah tetapi semata-mata untuk mencari surga, maka sama halnya sebagai pekerja kuli yang hanya ingin mendapatkan bayaran dari juragannya. Padahal seorang kuli yang bekerja dengan niat menyenagkan hati juragan, maka ia akan mendapatkan dua imbalan. pertama imbalan berupa bayaran, kedua adalah sikap tuannya yang 'senang' kepadanya.
Begitu pula jika niatmu itu bermuara kepada Allah, insyaALlah engkau akan mendapatkan segala-galanya. Sesuatu yang tak ternialai harganya itu tak perlu kau risaukan, karena Allah telah berjanji akan memberinya. jangan terlalu diharapkan, dan seharusnya engkau serahkan; diberi atau tidak, itu urusan-Nya.


Di ambil dari buku/kitab : Intisari Al-Hikam