Daabbah : (Syath) 1. Sejenis binatang melata; 2. Simbul kekasih Allah
yang pada pandangan mata manusia dunia dianggap hina, tidak berguna,
pantasnya disingkirkan dan dihabisi karena terlanjur didakwa
menyampaikan sesuatu yang mengada-ngada dan dusta; 3, Wakil Allah dimuka
bumi yang secara hak dan sah telah ditarik menemui-Nya, tahu persis
kehendak-Nya serta memahami dengan benar terha-dap Sang Muwakkal yang
atas perintah dan ijin dari Allah dipersiapkan oleh Guru sebelumnya yang
silsilahnya tidak pernah terputus dari Nabi Muhammad SAW hingga kini.
Dasar Muraqabah : (Syath) Sama sekali tidak ngaku pada bisanya,
kuatnya, segala yang dikiranya menjadi miliknya. Bahkan tidak ngaku
terhadap ada dan wujud jiwa raganya, untuk dapat menyadari sepenuhnya
terhadap sejatinya wujud, yakni Isi-Nya Huw, sehingga hanya kepada-Nya
saja yang dirasa Ada dan dirasa Wujud.
Dasar Qana’ah : (Syath) 1. Orang yang dengan sungguh-sungguh
berusaha mengurangi, menghi-langkan dari dalam dirinya watak dan
kehendak bangsa hewan (lih. nafsu amarah dan lawwamah); karena kuatnya
tekad dalam membuktikan niatnya mendekatkan diri kepada Allah, sehingga
sampai dengan selamat bertemu dengan-Nya.
Dasar Ridha : (Syath) 1. Keluar dari rasa menyintai diri-nya
sendiri, dan masuklah rasa cintanya itu kepada Satu-Satu-Nya Dzat Yan
Mutlak Wujud-Nya. Untuk itu harus cinta ber-itba’ (manut) kepada semua
Dawuhnya Guru.
Dasar Sabar : (Syath) 1. Hanya dapat tercapai bila orang bersedia
menangguhkan kesenangan, keinginan, kepentingan-kepentingan,
selera-selera sekarang un-tuk kesenangan yang jauh lebih besar dan kekal
saat ketika mati bertemu dengan Tuhan di akherat; 2. Selalu dengan
sadar dan rela memaksa jiwa raganya sendiri (wujud nafsunya) hingga
selalu mau melak-sanakan perintahnya Dawuh Guru; dan selalu patuh dan
tunduk dijadikan kendaraan bagi cita-citanya hati nurani, roh dan rasa
mendekat kepada Tuhan-nya sehingga sampai dengan selamat.
Dasar Taubat : (Syath) 1. Hamba yang selalu menuduh kepada dirinya
sendiri bahwa dirinyalah orang yang paling banyak sendiri dosa-dosanya,
paling banyak sendiri salah dan kurannya, apes, hina, nista, tidak bisa
apa-apa dan tidak punya apa-apa, merasa jelek sendiri meskipun
dibanding dengan kere di bawah jembatan; 2. Sadar sebagai hamba yang
fakir dan rasa hatinya selalu berharap dekat dengan Yang Tidak Punya
Apes, Langgeng, Sempurna dan Maha Kuasa.
Dasar Tawajuh Illallah bil Kulliati : (Syath) Menge-luarkan dari
segala pengajak selain kepada ajakan Al-Haq-Nya (Guru Wasithah).
Dasar Tawakkal ‘Alallah : (Syath) 1. “kumandel ma-ring Allah”; yaitu
kuat-nya rasa hati yang merasa-kan betapa dekatnya Dia Zat Al-Ghaib
Yang Wajib Wujud-Nya, karena itu sangat mudah dan nikmat diingat-ingat
dan dihayati, maka segala gerik dan perbuatan selalu nggandul kepada
Diri-Nya. 2. Murid yang rasa dalam hatinya pasrah dan sumeleh (nggletak)
kepada-Nya.
Dasar Uzlah : (Syath) 1. Menyendiri di tengah-tengah kalangan; orang
yang berusaha keras dan sumber dayanya dimanfaatkan untuk kemajuan
kehidupan masyarakat; namum tekadnya menyendiri. Tekad-nya sama sekali
tidak untuk bersenang-senang, pamer dan jor-joran, berbangga-bangga
dengan harta, kehormatan dan gengsinya harga diri, apalagi mengumbar
hawa nafsu dan syahwatnya.
Dasar Zuhud : (Syath) 1. Tapa in sak tengahing praja; orang terhadap
lingkungannya, bangsa dan nega-ranya mempunyia kepedulian besar untuk
memaju-kan, tetapi hatinya tapa,yang diingat-ingat dan dihayati adalah
dirinya Tuhan yang sangat dicintai untuk dikumantili, sehingga jika
dimampukan Allah untuk memajukan masyarakatnya, bangsa dan nega-ra
dengan mewujudkan bangunan yang berguna dan bermanfaat, maka yang
disyukuri adalah Diri Tuhannya yang telah menjadikan hatinya mau
membangun sehingga terhindar dari bencana amal baik yakni takabur, ria,
sum’ah dan ujub.
Dawuh Guru : (Syath) 1. Segala petunjuk, perintah dan larangan Guru
Washitah yang diucapkan baik secara lisan maupun tulisan dan dalam
bentuk tingkah laku (gerak-gerik).
Adh Dharr’, ‘An-Nafi’ : 1. Yang Maha Penghukum; Yang Maha Memberi
Manfaat. Dia yang menda-tangkan kebaikan dan keburukan, manfaat dan
mudharat, kesemuanya ini dirujukan kepada Allah Ta’ala, apakah Dia
bertindak melalui malaikat, amnusia atau benda-benda mati, 2. Salah satu
Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Dunia : 1. Dunia jasmani, adalah kehidupan ini. Inilah yang
memalingkan manusia dari mengingat Allah, Zat Yang Mahabenar. Dengan
hijab inilah dia me-nyembunyikan DiriNya dari CiptaanNya. 2. (Syath)
Hakekat dunia adalah wujudnya nafsu manusia yang tidak lain adalah
wujudnya jiwa raga yang menjadi sumber segala sumbernya dosa dan
kemak-siatan. Porosnya nafsu yang merupakan markas besarnya wujudnya
jiwa raga adalah watak akunya itu.
Dzikir (dikir, zikir) : 1. Mengingat-ingat; 2.(Syath)
Me-ngingat-ingat dan menghayati isi-Nya Hu; 3.(Syath) Ingatnya
hatinurani, roh dan rasa kepada Dzat yang sangat dekat sekali
keberadaan-Nya yang meski Al Ghaib, wajib wujud-Nya; 4. (Syath)
Operasionali- sasi dari Ilmu Nubuwah.
Dzikri Ismu Ghaib : (Syath) Dzikir ketujuh dari tujuh macam dzikir
(Dzikir dalam Syththariah), yaitu Huwa (Huw, dengan mulut tertutup
secukupnya). Dengan mata terpejam dan mulut dikatubkan. Yang di arah
tepat ditengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa yang telah
diisi dengan dzikir (ingat hati nurani pad Al Ghaib, IsiNya Huw). Dzikri
Huw ini asalnya dari Ha’ wawu di dhammah. Yaitu dhamir huwa. Dhamir
maknanya “sesuatu yang tersimpan di dalam hati tentang Ada dan Wujud
DiriNya Zat Al Ghaib Yang Allah Asma’-Nya”. Ini adalah makna kandungan
firman Allah dalam Surat Al Ikhlas ayat 1.
Dzikir Itsbat : (Syath) Kalimah Illallah yang dipukulkan (oleh dagu)
ke dalam hati sanubari (kira-kira dua jari di bawah susu yang kiri.
Maksudnya supaya nafsu lawwamah yang markas besarnya berada di dalam
hati sanubari ini dapat sirna. Supaya tidak berfungsi dan tidak
mengganggu perjalanan hati nurani, roh dan rasa dalam mendekat
kepadaNya.
Dzikir Sirri : 1. Dzikir yang ada di kedalaman rasa, sebuah entitas
spiritual yang amat tersembunyi; 2. (Syath) Dzikir yang mencapai
martabat rasa (lih. martabat rasa)
Dzikir Tanazul : (Syath) Dzikir keenam dari tujuh macam dzikir
(Dzikir dalam Syththariah), yaitu Huw – Allah (tujuh kali). Huw diambil
dari baitul makmur (otak) dan kalimah Allah dimasukkan ke dalam dada.
Sebab akhirat itu pintu masuknya ada di dalam dada.
Dzikir Taroki : (Syath) Dzikir kelima dari tujuh macam dzikir (Dzikir
dalam Syththariah), yaitu Allah – Huwa (Huw) sebanyak 7 kali. Ucapan
Allah diam-bil dalam dada dan Huw dimasukkan ke dalam baitul makmur
(markasnya berpikir). Maksudnya supaya markas besarnya berpikir ini
selalu dicaha-yai oleh cahaya Illahi, sehingga potensi pikir akan
benar-benar dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dunia untuk
membuktikan hablum minannas-nya. Potensi pikirnya semata-mata demi
Subhaanaka. Demi untuk mensucikan Zat Yang Maha Suci. Karena itu hasil
kerja kerasnya, semata-mata dijadikan sebagai pancatan yang kokoh guna
menyucikan diri supaya dapat sampai selamat dan bahagia bertemu lagi
dengan Dzat Yang Maha Suci.
Dzul Jalal wal Ikram : 1. Yang Maha Memiliki Kebe-saran serta Kemuliaan; 2. Salah satu Nama Indah Allah (asmâ al-husnâ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar